​"Suami Sudah Tak Ada, Kenapa Kamu Tak Nikah Lagi?" Alasannya Bikin Air Mata Menetes!

Yakin pasti tak sedikit wanita di luar sana yang harus merelakan suaminya dibawa pergi oleh kondisi yang merenggut nyawa. Mereka pun harus membesarkan anak mereka sendirian, bahkan tak sedikit yang memilih untuk tidak menikah lagi.

Pastinya sulit harus melewati semuanya seorang diri. Kehilangan tulang punggung terkuat dalam keluarga, juga harus menanggung anak yang masih kecil sendirian.

Sponsored Ad

Kali ini, kita mau mendengar cerita tentang 4 orang wanita kuat, tentang bagaimana mereka menghadapi kepergian suami mereka, dan bagaimana mereka bisa bertahan sampai sekarang. Yuk, kita simak!

Sponsored Ad

1.Wanita pertama, usia 30 tahun, punya 1 anak

Suaminya pergi secara tiba-tiba. Usianya baru 30. Baru nikah 2 tahun. Anak masih 1 tahun. Keluarga kecil yang tadinya bahagia tiba-tiba hancur lebur.

Semua teman-teman dan kerabat membujuknya untuk menikah lagi, mumpung umurnya masih muda, masih bisa cari pengganti, jangan sampai tuanya sendirian.

Tapi wanita itu menjawab, "Aku pengen fokus besarin anakku saja. Sesusah apapun itu, aku pasti tabah. Anakku adalah satu-satunya peninggalan dari suamiku untukku. Aku akan melindunginya."

Sponsored Ad

5 tahun sejak kepergian suaminya, anaknya masuk SD. Kadang lihat foto dia di media sosial, hidupnya tampak bahagia. Ketika ditanya, "Bagaimana kamu bisa melewati 5 tahun ini?" Dia cuma senyum-senyum dan menjawab, "Sebenarnya aku hampir gak kuat, tapi setiap kali lihat anakku, aku langsung teringat suamiku. Dari situ aku merasa punya kekuatan lagi."

2.Wanita kedua, usia 32 tahun

Sponsored Ad

Suami saya pergi gak lama setelah tahun baru. Dia memang sudah gak bisa kerja. Aku kerja sambil jaga anak, capek, tapi aku rela, asal dia bisa sembuh.

Demi kesembuhan dia, semua aset keluarga kita pertaruhkan, rumah kita jual, tapi tetap tak cukup. Pada akhirnya nyawa suamiku tetap tak tertolong. Aku menyesal, tak berdaya juga, tapi yang bisa kulakukan cuma menemani dia di saat-saat terakhir dia hidup.

Aku besarin anak sendirian. Untung kita masih punya rumah satu-satunya. Rumah itu mengingatkanku padanya. Habis dia pergi, aku menghadapi masa-masa paling suram. Aku takut aku gak bisa melewati ini, tapi aku lihat lagi anakku yang ada di samping. Aku kasih tahu diri sendiri kalau aku harus kuat, harus tabah, demi anak kita.

Sponsored Ad

Sekarang, suamiku sudah pergi selama 1 tahun. Aku memilih untuk tidak menikah lagi, karena aku masih belum bisa melupakannya.

3.Wanita ketiga, usia 35 tahun

Sponsored Ad

Walaupun kita sering berantem, sampai bilang mau cerai segala, tapi begitu dia beneran tidak ada, aku merasa sedih, kehilangan dan tidak tahu harus bagaimana.

Selama ini aku selalu bergantung sama dia. Kalau dia ada, aku merasa aman, ada sandaran. Aku sama sekali gak kepikiran suatu hari dia akan pergi ninggalin aku.

Pas awal-awal, aku benar-benar tak berdaya, tak tahu bagaimana aku harus hidup. Aku sampai tidak bisa kerja, tidur terus untuk memendam kesedihan, hari demi hari kulewati dengan berat. Aku tidak tahu apa arti hidupku tanpa dia.

Sponsored Ad

Terakhir, mertuaku membangunkanku. Dia bilang dia juga sedih kehilangan anaknya, tapi demi keluarga ini, dia harus tabah. Aku juga ibu dari anak kita, aku harus bisa menanggung ini semua.

Perkataannya membangunkanku dan mulai sejak itu, aku mulai mencari nafkah sambil besarin anakku. Habis pulang, aku tidak sendiri, masih ada anakku dan keluargaku. Walaupun suamiku sudah tidak ada, tapi aku akan tetap semangat jaga anakku dan keluarga ini, supaya dia bisa tenang.

Sponsored Ad

4.Wanita keempat, usia 38 tahun

Kami berdua sama-sama bekerja dan belum punya anak. Aku sama sekali gak menyangka dia bakal pergi secepat ini dan secara tiba-tiba. Waktu itu aku sampai jatuh pingsan waktu dengar kabar.

Hari-hari yang kulalui seperti mimpi buruk. Aku tinggal sendirian di rumah yang besar. Siapapun tidak ada. Aku merasa seperti tidak punya rumah.

Sponsored Ad

Aku mencari-cari, berharap bisa ada yang kasih tahu aku apa yang harus aku lakukan. Tapi pada akhirnya hanya aku sendiri yang bisa menolong diriku sendiri. Aku mencoba banyak hal, mengalihkan fokusku, pelan-pelan aku baru bisa melepas semuanya, tapi aku tahu kalau dia selamanya akan tetap hidup di hatiku.

Kemudian aku ketemu suamiku yang sekarang. Dia tak masalah dengan masa laluku. Dia bersedia merawatku walau aku sudah janda. Aku akan tetap hidup baik-baik, karena kurasa, pasti ini juga yang dia inginkan.

Mungkin bagi pria, cukup mudah untuk berganti pasangan atau menikah lagi. Tapi bagi wanita, tidaklah semudah itu. Wanita cenderung lebih pakai hati. Kadang mereka hanya mencintai seorang pria seumur hidupnya. Suami sudah tidak ada pun, mereka tetap tidak menikah lagi dengan alasan demi anak dan lain-lain.

Hai kamu yang membaca curhatan ini, semoga kamu tetap tabah dan semangat! Jika sudah memiliki, maka jangan semudah itu melepaskan. Hargailah mereka yang ada di sampingmu, karena suatu saat jika mereka tidak ada, penyesalan pun tidak akan membuat mereka kembali!

Sumber: lookforward

Kamu Mungkin Suka