Jangan Lagi Bilang,”Sini Mama Bantuin.” Nyatanya Malah Akan Merusak Karakter Anak! Ubah Sebelum Terlambat!

Kebanyakan orang tua mungkin berpendapat bahwa menyayangi anak, berarti harus memberikan semuanya pada anak dan harus selalu berada di samping anak. Orang tua memang merupakan ‘pelindung’ dan ‘benteng’ paling kokoh yang dimiliki anak, tapi bukan berarti anak boleh selalu bergantung pada orang tuanya.

Atas alasan cinta dan sayang anak, kebanyakan orang tua pasti akan langsung membantu anak untuk melakukan berbagai hal. Padahal, sebenarnya tidak ada salahnya bagi orang tua untuk ‘kejam’ terhadap anak-anaknya. Dengan begini baru bisa menghasilkan anak yang mandiri dan berkualitas.

Sponsored Ad

1. Menggantikan anak melakukan kewajibannya

Dalam kenyataannya, pasti kamu sering melihat masih banyak anak-anak yang sering disuapi oleh orang tuanya saat makan. Atau, karena anak terlambat bangun, sehingga orang tua bergegas membantu anak membereskan perlengkapan sekolah, membantu memakaikan baju dan sepatu. Ada juga orang tua yang tidak membiarkan anak-anaknya membereskan kamar atau lemari baju sendiri, semuanya dikerjakan oleh orang tua.

Jika orang tua mengerjakan semuanya, anak menjadi tidak tahu apa yang seharusnya ia kerjakan. Selain itu, anak akan berpikir bahwa memang sudah tugas orang tua untuk melakukan banyak hal untuknya. Dengan begitu anak juga menjadi pribadi yang pasif dan terlalu bergantung pada orang lain. Tanpa disadari, anak perlahan-lahan bukan tumbuh menjadi dewasa, melainkan menjadi ‘bayi raksasa’.

Sponsored Ad

2. Menyayangi anak dengan uang

Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik dan selalu membahagiakan anak-anaknya. Namun, jangan pernah menyayangi anak dengan uang. Jangan selalu mengabulkan setiap permintaannya dan terus memberikan mainan atau uang secara berlebihan pada anak. Hal ini lama-kelamaan akan membuat anak tidak bisa merasa bersyukur dan tidak pernah merasa puas.

Di saat orang tua tiba-tiba tidak bisa memenuhi permintaannya, anak kemudian menjadi stres dan depresi. Selain itu, anak akan menjadi pribadi yang boros. Seharusnya orang tua bisa mendidik anak semenjak dini untuk menabung dan mendidik anak apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan pokok, bukan hanya sekedar keinginan saja.

Sponsored Ad

3. Memaafkan setiap kesalahan anak

Kebanyakan orang tua memang suka memanjakan anak dan menggunakan alasan,”Aduh, anak masih kecil, ya sudahlah. Nanti juga ngerti.” Padahal seharusnya setiap kali anak melakukan kesalahan, orang tua seharusnya memberi ‘pelajaran’. ‘Pelajaran’ atau hukuman dimaksud di sini tentu saja bukanlah kekerasan fisik yang melanggar norma atau hukum. Setidak-tidaknya, orang tua harus menyadarkan anak bahwa tindakannya itu salah.

Sponsored Ad

Contohnya jika sudah berjanji bahwa anak harus selesai mengerjakan PR terlebih dahulu baru boleh bermain PS. Orang tua di sini harus konsisten dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Jika anak melanggar, orang tua harus mengingat bahwa tindakannya salah. Caranya bisa dengan menghukum anak dengan tidak boleh bermain PS selama 1 minggu. Jangan sampai luluh dengan alasan-alasan atau rayuan dari anak.

Semenjak kecil, anak harus tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Dengan demikian, anak baru akan lebih berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Selain itu, anak juga baru akan menjadi pribadi yang berani bertanggung jawab. Memaafkan setiap kesalahan anak malah hanya akan menjadikannya sosok yang seenaknya dan tidak bertanggung jawab.

Sponsored Ad

Sebenarnya, mendidik anak memang merupakan hal yang susah-susah gampang. Namun, pada intinya mendidik anak adalah tentu saja mendidik anak agar menjadi pribadi yang beradab dan berkualitas. Maka dari itu, sejak kecil orang tua harus konsisten dan berpegang teguh nilai-nilai kehidupan yang ada.

Contohnya, jika anak sering memukul saat marah, orang tua harus segera bertindak, jangan didiamkan. Jika anak sering mengambil barang orang lain tanpa izin, orang tua harus segera bertindak, jangan didiamkan. Jika anak berkata bohong, orang tua harus segera bertindak, jangan didiamkan. Menjadikan anak sebagai orang yang terdidik adalah tugas dan kewajiban setiap orang tua.

Sponsored Ad

Untuk menjadi orang yang berkualitas, orang tua harus ‘kejam dan tega’ pada anak-anak sendiri. Jangan selalu berpikir bahwa orang tua akan selalu hadir di samping anak, ingat bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang tahu bisa hidup berapa lama. Jangan sampai membuat anak malah mengembangkan sifat dan karakter buruk yang membuatnya tidak bisa hidup seorang diri.

Sebagai orang tua yang terpenting bukanlah meninggalkan harta berlimpah sebagai warisan agar anak bisa bertahan hidup. Sebaliknya, orang tua harunya mewarisi nilai-nilai dan karakter yang baik agar anak bisa bertahan hidup secara mandiri walau tanpa kehadiran orang tua di sisinya.

Jadi, jika kamu belum ‘cukup tega dan kejam’ pada anak sendiri, sebenarnya kamu secara perlahan-lahan telah menghambat perkembangan anakmu sendiri. Rubahlah sekarang sebelum terlambat…


Sumber: Toutiao

Kamu Mungkin Suka