Seberapa Sakit Persalinan Itu? Setelah Melihat 14 Ilustrasi Ini, Para Ibu Pasti Ngangguk Setuju!

Melahirkan adalah sebuah proses yang panjang dan menyakitkan, serta bisa mematikan. Setiap wanita pasti ingin bisa melahirkan anak dengan normal dan lancar. Namun proses melahirkan itu tidaklah segampang yang dipikirkan. Seorang komikus wanita mengalami proses melahirkan pertamanya, lalu melukiskan perasaannya itu dalam bentuk ilustrasi berikut. Setelah membaca ilustrasi buatannya ini, semoga kamu mengerti bahwa menjadi wanita itu tidaklah mudah! Melahirkan itu tidaklah mudah dan menyenangkan! Yuk disimak!

Sponsored Ad


Ibu itu membagi rasa sakitnya itu menjadi 8 level, dari sakit yang biasa saja, hingga kesakitan sampai mati rasa.. 

Para wanita yang sudah pernah melahirkan pasti mengerti rasa ini...

Sponsored Ad


LEVEL 1

Nggak terlalu sakit, masih tenang-tenang saja.


Pada malam hari mulai terasa kontraksi dan nyeri-nyeri di perut.

Kontraksinya tidak beraturan, sekitar setiap belasan menit sekali selama 2 jaman. Saat itu aku masih tenang dan bisa memainkan HP.



Sponsored Ad

LEVEL 2

Mulai sakit sampai harus mengernyitkan dahi


Pada pukul 2 dini hari, kontraksi itu tiba-tiba terjadi semakin sering. Sekitar 5 menit sekali.

Dengan senang aku sudah tidak sabar untuk ke RS lagi. Rasa sakit itu bertambah, rasanya seperti saat sembelit.


Waktu itu aku sangat senang dan berpikir, "Wah, akhirnya bentar lagi perang!"


Sponsored Ad

LEVEL 3

Mulai tarik nafas dan hembuskan nafas dalam-dalam untuk tenangkan diri


Pukul 4 subuh, suami pun membawaku ke RS. Dokter segera memeriksa dan mengatakan bahwa baru bukaan 1.

Kontraksi pun terjadi semakin sering. Kurang dari 4 menit sekali selama 30 detik.

Rasa sakit itu seperti ada seseorang menonjok perutmu. Lakukan pernafasan dalam untuk mengurangi rasa sakit itu.

Saat ini aku masih bisa ke WC, minum air, dan main HP.


Sponsored Ad

LEVEL 4

Kontraksi semakin sering terjadi, rasa sakit pun bertambah

Kontraksi terjadi setiap 3 menit sekali. Rasa sakitnya itu masih bisa ditahan sambil menggertakkan gigi. Suster sudah membawakan sarapan, namun aku sudah tidak ada selera makan. Aku memaksakan diri untuk makan beberapa suap.

Rasa sakit di perut semakin bertambah dan bergejolak. Aku mulai meringkuk, bahkan bernafas dalam-dalam juga sudah tidak bisa meredakan rasa sakit ini.

Perlahan demi perlahan, aku mulai berkeringat dan mengernyitkan dahi. Aku tidak mau berbicara sama sekali. Yang ada dipikiranku hanyalah perutku itu. 

Sponsored Ad


LEVEL 5

Setelah air ketuban dipecahkan, aku langsung tepar


Pukul 8 pagi, dokter memutuskan untuk melakukan pemecahan air ketuban secara manual.


Sponsored Ad

Pukul 9:30 pagi, rasa sakit semakin menjadi-jadi dan datang setiap 30 menit sekali. Rasanya seperti perutku dihantam oleh palu berkali-kali.

Aku mulai berteriak tanpa henti dan meronta-ronta di ranjang. Namun semua tindakanku tidak membuat rasa sakit itu mereda. Aku genggam pegangan sebelah kasur dan tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Yang ada di dalam otakku hanya ada 1 kata: SAKIT.

Sponsored Ad

Sakitnya benar-benar nggak ketulungan, sampai-sampai sudah tidak bisa banyak berpikir lagi. Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah : Kapan bisa melahirkan?

Sponsored Ad


LEVEL 6

Akhirnya! Aku mau operasi caesar!

Kontraksi semakin terjadi, berlangsung selama 1 jam penuh. Setelah itu, dokter memeriksa dan mengatakan bahwa baru bukaan 2. 

Dengan gemetaran aku pun bertanya, bukaan 2 sampai bukaan 10 butuh berapa lama?
Sambil meringis dokter itu menjawab, "mungkin 4-8 jam!"


Kalau mau menunggu berarti aku harus dipalu terus-terusan selama 8 jam!


Aku mulai gila!
Awalnya aku berusaha untuk tidak teriak untuk menghemat energi. Namun kali ini emosiku sudah tidak terkontrol. Aku mulai berteriak, "Aku nggak mau melahirkan lagi! Aku caesar saja!"

Operasi Caesar ternyata tidak bisa dilakukan seenaknya saja. Harus tunggu ruang operasi kosong baru bisa melakukan operasi.

Dokter juga terus membujukku untuk melahirkan secara alami dan mengatakan bahwa perawatan untuk operasi caesar lebih repot.

Aku dengan tegas menggeleng kepala dan mengatakan, "Tidak, aku mau caesar."

Dokter terus membujukku dan kembali memeriksa lagi, ternyata sudah bukaan 6.

"Kalau kamu mau caesar, kamu mungkin harus melahirkan di meja operasi.."


Sambil menahan tangisku, aku akhirnya berkata, "Baik! Aku mau melahirkan alami!"

Dokter lalu memberiku sebuah bola yang besar dan menyuruhku duduk di atasnya.

Setelah duduk sekitar 20 menit, rasa ingin BAB mulai muncul. Aku langsung berkata kepada dokter, "Dok, aku mau BAB!"

Dokter segera menyuruhku berbaring ke ranjang dan memeriksa. Ternyata sudah bukaan 10!

Saat itu aku sangat terharu dan lega. Akhirnya bisa melahirkan! Akhirnya~~


LEVEL 7

Tahap akhir melahirkan


5 orang dokter dan asistennya mengelilingku dan terus menyuruhku mengedan, bernafas, mengedan...

Saat itu aku sibuk mengeluarkan seluruh tenagaku dan bahkan sudah kesakitan sampai mati rasa..

Setengah jam kemudian, dokter pun melakukan pengguntingan vagina. Rasa sakit ini tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan rasa sakit saat kontraksi...

Akhirnya setelah menggunakan energi terakhirku, dan dokter sudah menekan perutku, aku mengikuti aba-abanya dan....

PLONG! Anakku akhirnya keluar juga dengan selamat!


LEVEL 8

Menjahit tanpa bius


Setelah itu, plasenta dikeluarkan lalu dokter pun melakukan penjahitan. Aku sudah mati rasa, dan juga sudah tidak dibius...

Saat dijahit, aku tak hentinya merintih, "Aduh..aduh.."

Dokter lalu bertanya, "Kamu kenapa??"

Aku hanya tersenyum sambil menangis. Proses ini sangatlah panjang, dan aku hanya ingin semua ini segera berakhir.


Setelah bayiku dibersihkan, aku pun sibuk melihat dan mengagumi bayiku...

Aku saat itu merasa sangat bahagia dan bahagia... Semua rasa sakit itu sirna dalam sekejap! 

Akhirnya anakku keluar juga dari perutku!


Ada wanita yang melewati masa persalinannya dengan lancar, namun ada juga yang melewatinya dengan penuh derita. Proses persalinan itu sekaligus adalah pertaruhan nyawa mereka.

Bayangkan saja, bagaimana dengan wanita-wanita di zaman dulu, saat medis belum begitu maju dan tidak ada obat bius dll.. Sakitnya pasti berkali-kali lipat lagi!

Oleh karena itu, siapapun kamu, baik pria ataupun wanita, hargailah para wanita yang telah melahirkanmu ataupun juga telah berjuang melahirkan anak-anakmu.

Sumber: sohu

Kamu Mungkin Suka