Sekilas Kakek Tukang Pangsit Ini Seperti Orang Biasa. Namun Begitu Dirinya Membuka Mulutnya, Semua Orang Bertepuk Tangan !

Sebagai seorang orang tua dan terpisah dari anaknya tentunya kepulangan sang anak menjadi dambaan. Namun, beberapa anak justru memilih untuk tak pulang untuk bertemu dengan orang tuanya dengan seribu alasan. Kerinduan yang sangat mendalam untuk bertemu sang anak juga dialami oleh Pak Wijaya. Dirinya seorang kakek berusia 70 tahun yang berjualan pangsit goreng di Kota Surabaya. Pak Wiajya tinggal sendirian tanpa anak dan istri. Bagaimana keseharian Pak Wijaya? Mari kita saksikan.

Sponsored Ad

Siang itu tim reality show yang bertajuk “Survivor” sedang berjalan di Kota Surabaya. Mereka bertemu dengan dua orang anak muda yang terlihat sedang menikmati uang hasil jarahan. Acara yang dipandu oleh Ruben ini langsung menanyakan darimana anak muda tersebut mendapatkan uang yang ada di tangannya. Pada awalnya, mereka tak mau mengakui aksi mereka. Barulah setelah dipaksa mereka mengaku bahwa merampas uang tersebut dari seorang kakek penjual pangsit. Ruben pun menyuruh mereka untuk mengembalikan uang tersebut. Setelahnya, Ruben pun mendatangi kakek renta tersebut. Ternyata nama kakek tersebut adalah Pak Wijaya. Setiap hari dirinya berjualan pangsit seadanya dengan harga satu bungkusnya 10 Ribu Rupiah.

Sponsored Ad

Ruben pun menawarkan bantuan untuk menjajakan pangsit tersebut. Pak Wijaya tentunya senang dengan bantuan Ruben. Tak jauh mereka melangkah, Pak Wojaya mengeluh pusing. Untuk itu lah mereka berhenti sejenak. Ternyata penyebabnya adalah Pak Wijaya belum makan pagi. Untungnya ada penjual sate yang kebetulan lewat. Ruben membelikan sate untuk Pak Wijaya. Ruben pun menanyakan apakah memang Pak Wijaya biasa tidak makan pagi. Pak Wijaya mengangguk lemah. Dirinya seringkali lupa untuk makan pagi sebelum berangkat berjualan. Sembari mengisi perut, Ruben bertanya apa Pak Wijaya memiliki keahlian lain. Dengan antusias dirinya menjawab bahwa dirinya adalah Guru Bahasa bagi anak - anak kecil.

Sponsored Ad

Sambil matanya menerawang jauh, Pak Wijaya bercerita dulu dirinya adalah seorang guru di SD. namun, sekolah tersebut dibubarkan oleh pemerintah. Setelah itu dirinya hanya bisa melakukan pekerjaan seadanya. Yang penting halal. Ruben makin sedih mendengar hal tersebut. Pak Wijaya pun mengajak Ruben untuk pergi ke tempat dimana dirinya biasa mengajar. Di sini lah Ruben melihat bagaimana mahirnya Pak Wijaya menggunakan dua bahasa asing yaitu Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris. Tentunya Ruben terkejut dengan hal tersebut. Ternyata dibalik kesulitan ekonomi yang di deritanya, Pak WIjaya masih mau membagikan ilmu yang dimiliki untuk generasi penerus.

Sponsored Ad

Mereka pun pergi lagi ke taman di Kota Surabaya. Ruben berbincang apakah Pak Wijaya tak merasa rindu dengan kehadiran sang anak. Pak wijaya mengaku sangat rindu namun dirinya tak bisa berbuat apa - apa karena sang anak bekerja di Malaysia. Dia hanya ingin menuliskan sepucuk surat untuk sang anak. Ruben mengambilkan secarik kertas dan menyuruh Pak Wijaya untuk menuliskan keluh kesahnya kepada sang anak. Setelahnya, Ruben akan mencari anak tersebut dan menyampaikan surat Pak wijaya kepadanya. Wah, semoga saja Pak Wijaya segera bertemu dengan sang anak yaa !


Sumber : Youtube

Kamu Mungkin Suka