Selama 29 Tahun, Ia Setia Menjaga Lapas Tua, Tak Disangka Alasan Bikin Nangis!

Mendengar kata lapas atau bui, pasti terlintas tempat yang suram dan orang-orang yang telah melakukan kejahatan. Apalagi jika lapas itu adalah peninggalan zaman kolonial, sudah suram mungkin ditambah banyak kejadian horor.

Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Ahmad, seorang bapak berusia 49 tahun yang setia menjaga lapas Banceuy yang merupakan situs warisan sejarah. Pak Ahmad telah menjadi penjaga lapas sejak tahun 1986.

Sponsored Ad

Ia mengaku sudah melalui banyak kisah suka dan duka namun karena ia begitu peduli akan keberadaan bangunan kuno tersebut, ia setia menjalankan pekerjaannya. “Selama pembangunan komplek pertokoan dari 1983 sampai 1986, Saya jadi security di situ. Setelah pembangunan selesai, Saya yang menjaga situs penjara Soekarno dari tahun 1986 sampai sekarang,” ujar Ahmad.

Mirisnya, pemerintah daerah setempat seolah tutup mata dengan lapas Banceuy. Ia bahkan harus pontang-panting ke sana kemari mencari dana untuk perawatan situs. Tak jarang, pria kelahiran 7 Juli 1966 itu harus rela tekor karena mengeluarkan dana pribadinya.

Sponsored Ad

Biaya perawatan kan harus ada untuk keperluan beli alat-alat kebersihan dan juga membayar listrik. Karena tidak ada bantuan dari pemerintah, saya nyari sendiri. Apalagi kalau hari-hari bersejarah minimal harus ada pengecatan,” katanya.

Baru pada 24 Juli 2014, situs Lapas Banceuy mulai mendapat perhatian Pemprov Jabar yakni melalui Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional (BPKSNT) Disbudpar Provinsi Jabar. Dirinya pun mendapat honor sebesar Rp 750 ribu yang diambilnya selama dua bulan sekali.

Sponsored Ad

Untuk biaya listrik per bulan Rp 150 ribu ditambah peralatan kebersihan. Minimal Rp 250 ribu untuk pengeluaran per bulan. Karena tidak ada biaya khusus perawatan, saya keluarkan uang dari honor saya per bulan,” ucap Ahmad.

Hati Ahmad sempat berbunga-bunga lantaran pemerintah melakukan renovasi terhadap penjara Banceuy. Hal tersebut dikarenakan adanya penyelenggaraan acara peringatan HUT ke 60 Konperensi Asia Afrika (KAA) pada April 2015. Namun setelah sekian lama menjaga bangunan tersebut, tidak ada kata terima kasih untuk dirinya juga untuk warga sekitar yang membantu merawat bangunan tersebut.

Sponsored Ad

Gak ada ucapan terima kasih kepada warga masyarakat. Saya dengan warga masyarakat kalau gak peduli mungkin bangunan itu sudah hancur,” katanya. Ia hanya meminta agar warga masyarakat lebih peka terhadap bangungan sejarah tersebut. “Kunjungan banyak pas liburan sekolah. Kalau ada donasi diterima, kalau gak juga gak apa-apa. Yang terpenting anak sekolah harus lebih tahu mengenai sejarah,” tutupnya.


Sumber : Boombastis

Kamu Mungkin Suka