Aku Menyesal Punya "Anak Kedua", Begitu Tahu Alasan Dibaliknya, Ibu-ibu pun Ikutan Khawatir!

Setelah punya anak pertama, banyak orangtua yang ingin punya anak kedua. Namun, aku sangat menentang hal ini! Aku akan memberi pengalaman pribadiku mengenai hal ini. Bisa dibilang aku menyesal dan tidak menyesal. Aku hanya bisa melewatinya dengan sabar.

Orang-orang suka mengatakan "satu anak sama dua anak gak ada bedanya, sama-sama dibesarkan", "dulu generasi yang lebih tua melahirkan 7 atau 8 anak loh" dan sebagainya. Memiliki anak sangat mudah, tapi memikul tanggung jawab untuk membina anak yang berkualitas sulit. Mungkin generasi kita dibesarkan oleh generasi yang lebih tua begitu saja, tetapi saya tidak ingin membesarkan anak saya seperti itu.

Sponsored Ad

Berbicara tentang keluargaku, aku dan istriku lahir di tahun 80-an. Kampung halaman saya di daerah pedesaan. Setelah lulus dari universitas, aku bekerja keras di Shenzhen selama 10 tahun. Aku bekerja di industri CT / TI, perusahaan ini adalah perusahaan 500 besar. Sekarang ini aku masih pekerja teknis saja. Gajiku sekitar 100+ juta pertahunnya, meskipun tidak banyak, setidaknya lumayanlah. Anak pertamaku berusia 6 tahun dan hampir masuk sekolah dasar. Dua tahun yang lalu, aku berpikir untuk melahirkan anak kedua agar anak pertamaku ada teman bermain. Akhirnya istriku melahirkan anak laki-laki. Sebenarnya agak sedikit kecewa karen kami ingin anak perempuan. Anak keduaku berusia lebih dari 1 tahun. Setelah kelahiran anak kedua, keluargaku mengalami perubahan yang mengguncang bumi.

Sponsored Ad

Kondisi fisik


Kedua anakku dilahirkan melalui operasi caesar. Rasa sakit istri saat proses produksi tidak bisa dideskripsikan. Sekarang anak kedua telah lahir lebih dari setahun, bekas luka di perut istrinya masih terasa sakit. Dia telah ke rumah sakit berkali-kali dan tidak dapat menemukan alasannya. Sekarang kondisi fisiknya memburuk, wajahnya menjadi pucat (mungkin ada hubungannya juga dengan tekanan kerja IT yang berintensitas tinggi, ditambah lagi harus menghasilkan uang dan menjaga kedua putranya) Mungkin kamu bertanya mengapa istriku harus bekerja dan bukannya menjaga anak dirumah? Karena aku tidak mampu membayar biayanya dua anak, aku akan membicarakannya nanti.

Sponsored Ad

Waktu dan energi


Ketika hanya 1 anak, aku hanya perlu menghabiskan waktu 1 jam untuk membaca buku cerita kepadanya. Di hari libur, aku akan menemaninya pergi ke taman bermain anak-anak. Aku masih ada waktu untuk diriku sendiri.

Setelah anak kedua lahir, kami tidak punya waktu sendiri. Waktu kami habis untuk menjaga anak. Setelah bekerja, kami harus menemani anak pertama bermain game atau membaca buku cerita. Sisa waktunya dipakai untuk menjaga anak kedua. Pada pukul 10 malam, anak kedua tidak ingin tidur, kami pun harus menemaninya. Pada jam 2 atau 3 malam, anak kedua terbangun, kita masih harus memberinya makan selama 1-2 jam. Akhirnya pada jam 6 pagi, kami harus bangun untuk menyiapkan sarapan untuk anak pertama. Mencuci wajahnya, memberinya makan dan mengantarnya ke sekolah. Inilah yang aku lewati setiap hari.

Sponsored Ad

Sangking sibuknya, aku meminta orang tua untuk datang membantu menjaga anak-anak. Orang tua di kedua belah pihak telah bekerja keras di pedesaan untuk seumur hidup. Badan mereka sakit-sakit. Sekarang, aku malah menyuruh mereka menjaga anak, rasanya benar-benar tidak enak.

Orang tua


Untungnya, orangtua mau menjaga anak tanpa mengeluh. Kalau tidak, kamu benar-benar mau pingsan. Demi ekonomi, rumah dan kebiasaan lainnya, ibu istriku membantu menjaga anak pertama di Shenzhen. Sedangkan orangtuaku membantu menjaga anak kedua di kampung halaman mereka.

Sponsored Ad

Aku sering membaca tentang anak-anak yang ditinggalkan orangtua di berita. Tidak disangka anakku juga dijaga oleh orangtuaku. Ketika anak pertamaku berusia 3 tahun, aku menjemputnya kembali. Waktu itu, dia memanggilku "kakek" dan memanggil istriku "kakek". Aku hampir menangis, sekarang hanya anak kedua yang berada diluar.

Meskipun aku  sangat bersyukur anak-anakku dijaga oleh orangtuaku, tapi bagaimanapun juga mereka hanya orang desa dan tidak mengerti apa-apa. Mereka tidak dapat berbicara tentang pelatihan ilmiah, kegiatan orangtua-anak, dll. Setelah anak pertama datang ke kota, kondisinya jelas lebih buruk daripada anak-anak lain. Dia penakut, tidak ada opini, tidak punya teman, tidak suka bermain dengan anak-anak lain. Suatu kali, aku mengajaknya pergi ke taman agar dia bermain dengan anak-anak lain. Dari jauh, aku melihat anakku duduk sendirian di kursi sedangkan anak-anak lain bermain dengan senangnya.

Sponsored Ad

Aku menyarankan agar orangtua menjaga anak-anak mereka sendiri, karena anak-anak yang ditinggalkan memiliki banyak masalah.

Meski begitu, anak keduaku tetap aku tinggal di rumah orangtuaku. Rumah di Shenzhen terlalu kecil, orangtuaku terbiasa tinggal di desa. Mereka tidak mau tinggal di rumah yang kecil sehingga membawa anak keduaku ke desa. Namun, kondisi tubuh mereka semakin hari semakin buruk. Mereka telah bekerja keras sepanjang hidup mereka dan mereka jatuh ke dalam penyakit (saudara-saudara yang tinggal di pedesaan pasti mengerti). Anak keduaku hanya bisa menonton TV setiap hari untuk menghabiskan waktunya karena tidak ada tempat bermain, tidak ada permainan, tidak ada pendidikan, kecuali menonton TV atau dipaksa tidur. Saya juga tidak mau seperti ini, tetapi saya tidak punya kemampuan untuk mengubah kondisi ini.

Sponsored Ad

Ekonomi


Meskipun penghasilan kami tidak tinggi namun tidak masalah. Tapi berapa isi tabungan kita? Nol. Kami telah bekerja selama 10 tahun dan sampai sekarang, kami menghabiskan seluruh gaji yang kita dapatkan dan tidak dapat menyimpan uang sama sekali. Uang kami habis di menjaga anak dan biaya perawatan orangtua.

Aku menghasilkan sekitar 8 juta per bulan, namun pengeluaran kita sekitar 9 juta perbulannya. Kehidupan di kota ditambah 2 anak adalah mengapa uangku selalu habis.

Sponsored Ad

Karena itu, jika hanya bergantung pada penghasilanku, aku tidak akan mampu. Itulah mengapa istriku juga harus menghasilkan uang.

Pertama kali datang ke kota, kami tidak memiliki tabungan. Kami hanya dapat mengandalkan diri kami sendiri untuk bekerja keras. Kami tidak memiliki koneksi dan kemampuan, kami hanya dapat mengandalkan kerja untuk makan. Sisa uang kami diserahkan untuk membayar kredit rumah dan rumah sakit.

Ada juga perawatan medis orangtua kami. Aku sudah berkali-kali berkata bahwa kondisi kesehatan orangtuaku tidak baik. Tahun lalu, ayahku menderita kanker paru-paru. Sedangkan ibuku menderita serangan jantung. Aku menghabiskan banyak uang untuk membiayai pengobatan mereka. Setiap bulan, aku juga harus memberikan orangtua uang untuk membeli obat. Belum lagi biaya anak. Satu sampai dua tahun lagi, anak keduaku mau mulai masuk taman kanak-kanak.

Sponsored Ad

Biaya pendidikan


ketika hanya ada satu anak, aku bisa memberikan pendidikan yang lebih baik. Sebelumnya, kita bisa memberikan semuanya kepadanya. Tapi sejak punya anak kedua, aku harus membagi setengah untuk anak kedua. Terkadang tanpa kita sadari, aku memberikan  cinta padanya, sekarang aku harus bertarung setengah. Terkadang aku tidak memperhatikan bahwa aku terlalu menaruh fokus kepada anak kedua. Aku bisa mengerti mengapa anak pertamaku pernah merasa bahwa dia tidak dihargai.

Hiburan


Aku adalah seorang yang suka olahraga. Ketika hanya punya satu anak, aku masih bisa pergi berolahraga 3 kali seminggu. Tapi setelah kelahiran anak kedua, yang namanya gym tidak terlintas lagi di otak. Waktu kosong ini lebih baik aku pakai untuk tidur.

Ketika keluargaku hanya ada 3 orang, aku pergi ke luar negeri setahun sekali. Sejak anak kedua lahir, tidak ada waktu dan uang untuk yang namanya jalan-jalan.

Dulu istriku suka pergi SPA, sekarang lihat saja tidak berani.

Hubungan suami istri


Kami sudah menikah selama 8 tahun. Sebelum punya anak kedua, kami bertengkar 5 kali setahun. Tapi sejak ada anak kedua, kamu bertengkar seminggu 5 kali. Biasanya hanya karena masalah sepele. Aku juga tidak tahu mengapa sekarang aku sangat ceroboh. Sedikit-sedikit emosiku naik.

Singkatnya, pelajaran yang aku dapat adalah: jika belum siap, jangan mempertimbangkan untuk punya anak kedua. Jika kamu tidak memiliki cukup energi, waktu, dan status ekonomi, jika kamu tidak bisa memberi lingkungan yang baik untuk anak, maka kamu hanya akan membahayakan diri sendiri dan anak.

Sumber: healthyssky

Kamu Mungkin Suka