Di Malam Pertamanya, Wanita Ini Mengambil Pisau dan Mengacungkannya Pada Sang Suami! "Alasan di Baliknya" Sungguh di Luar Dugaan!

Aku mengenal suamiku melalui kencan buta. Kurang dari setengah tahun setelahnya, kami memutuskan untuk menikah. Dia memberikan mahar sebesar 250 juta kepada ibuku. Selain itu, di desa dia memiliki tiga rumah kecil dan harga mobilnya pun lebih dari 200 juta. Melihat kondisi ekonominya, ibuku pun langsung setuju menikahkanku dengannya.

Menjelang hari pernikahan, kami malah jarang bertemu satu sama lain. Aku sibuk bekerja di kota, demikian juga dengannya. Dalam seminggu, kami paling-paling hanya bertemu satu hingga dua kali di akhir pekan.

Sponsored Ad


Akhirnya tibalah hari pernikahan kami. Di acara resepsi, teman yang datang dapat dibilang tidak terlalu banyak. Tidak sampai pukul 9, semua tamu sudah pulang meninggalkan tempat resepsi. Setelah semua selesai diurus, akhirnya aku dan suamiku pun pulang ke rumahnya.

Sesampainya di sana, ibu mertuaku memintaku untuk bersantai dahulu sementara dia menyiapkan sedikit makanan untuk kami. Jadi kami pun duduk di ruang tamu dan saat itulah aku melihat sebuah album tebal di atas meja dekat komputer. Ternyata itu adalah album foto masa kecil suamiku. Setelah mendapat izin darinya, aku pun mulai membuka dan melihat-lihat isi album foto itu.

Sponsored Ad


Namun, ketika sampai di halaman ketiga, aku pun terpaku menatap foto bocah laki-laki kurus dan berkulit hitam di sana. Di detik selanjutnya, emosiku naik ke ubun-ubun dan aku segera mengambil sebuah pisau di dapur lalu mengacungkannya di depan suamiku.

Melihat tindakanku, ibu mertuaku langsung berteriak panik dan berusaha menghentikan. Untuk membuktikan kecurigaanku, aku pun mengajukan pertanyaan pada suamiku, “Apakah saat dulu kamu dijuluki ‘si hitam’ di sekolah?”

Sponsored Ad


“Ya, aku memang mendapat julukan itu. Memangnya kenapa?”


Seketika aku pun teringat peristiwa saat masih duduk di bangku sekolah dulu. Hari itu, aku mendapat sepucuk surat cinta dari teman sekelasku. Ketika akan membukanya, tiba-tiba ada seorang siswa berandalan yang merebutnya dari tanganku dan menyerahkannya pada kepala sekolah. Hal yang terjadi selanjutnya adalah aku dipanggil ke ruangan kepala sekolah dan dikeluarkan saat itu juga, karena di sekolahku dilarang keras untuk berpacaran. Aku masih ingat dengan jelas bahwa siswa yang melaporkanku itu adalah “si hitam”.

Sponsored Ad

Sejak itu, kehidupanku pun berubah total. Tidak ada sekolah yang mau menerimaku dan pada akhirnya mau tidak mau aku pun homeschooling lalu ikut ujian paket B dan C agar bisa mendapatkan ijazah. Saat akan kuliah, aku pun kesulitan mencari universitas yang mau menerimaku, demikian juga ketika mencari pekerjaan.


Sponsored Ad

Beruntung saat itu akal sehatku masih bekerja, sehingga aku bisa mengendalikan emosi dan menurunkan pisau dari tanganku. Kemudian aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Mendengar itu, suamiku pun meminta maaf kepadaku. Dia tidak tahu jika keisengannya saat itu akan membawa dampak besar pada hidupku. Aku pun menenangkan diri dan meminta waktu supaya kekesalanku selama bertahun-tahun itu bisa kuhilangkan sedikit demi sedikit.

Hari demi hari pun berlalu. Perlahan tetapi pasti aku bisa menghilangkan kekesalan dalam hatiku. Apalagi, sikap suamiku sangat baik kepadaku setiap saat. Hal itulah yang lambat laun mengubah perasaan benci di hatiku menjadi cinta.


Sumber: twgreatdaily


Kamu Mungkin Suka