Merugi Saat Gagal Panen Udang, Ia Beralih ke Ikan Jenis Ini, Kini Penghasilannya Mencapai Rp 100 Juta per Hari!

Tak dapat dipungkiri bahwa kekayaan alam Indonesia begitu bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakatnya khususnya bagi petani, nelayan, dan peternak. Seperti yang dirasakan oleh peternak ikan lele di Indramayu.

Masyarakat Desa Krimun dan Desa Puntang, Kecamatan Losarang, Indramayu, Jawa Barat ini menggantungkan hidupnya kepada peternakan ikan lele. Sejauh mata memandang, hampir ribuan kolam ikan lele yang terlihat dengan ukuran rata-rata 300-500 meter persegi. Lebih dari separuh lahan dari dua desa tersebut didominasi oleh tambak ikan lele.

Sponsored Ad

Di Desa Krimun tercatat 615 hektar atau sekitar 80% lahan telah difungsikan sebagai tambak ikan lele. Sebenarnya peternakan ikan lele ini tidak sengaja dibuat karena pada awalnya masyarakat desa adalah peternak udang. Namun pada awal tahun 90-an, air laut pesisir pantai Losarang tercemar limbah dan peternak rugi ratusan juta Rupiah.

Sponsored Ad

Salah satunya adalah Carmin Iswahyudi yang biasa disapa Maming. Di tengah kegalauan karena merugi, ia melihat para peternak ikan lele tidak terkena musibah seperti yang ia alami. Dari situ ia mulai berpikir untuk mencoba beternak ikan lele yang kemudian ia tebar bibitnya ke 20 kolam masing-masing luas 500 meter persegi.

Setelah dua setengah bulan ia sudah panen hasilnya. Permintaan ikan lele pun meningkat dari 3 ton per hari menjadi 7 ton per hari. Tahun 2003, Maming membentuk kelompok peternak lele dan jumlah tambak lele dari kelompok ini mencapai 25 hektar. Salah seorang juragan lele, Sarman bercerita kini ia memiliki 200 kolam ikan yang berukuran 500 meter persegi.

Sponsored Ad

Dari 200 kolam milik Maman, 100 diantaranya ia urus sendiri, sedang 100 lainnya diserahkan kepada 10 pekerja tetap yang bertugas merawat lele sejak larva, sampai panen. “Sebanyak 10 pekerja lainnya saya bayar harian untuk membersihkan kolam termasuk mengganti air. Mereka bekerja untuk 200 kolam saya ditambah sekitar 100 kolam milik peternak lainnya yang digadaikan pada saya,” tutur Sarman.

Sarman bisa memanen ikan lele lebih dari 7 ton setiap harinya. Jika harga terendah sekilogram lele dari peternak Rp 15.000 seperti sekarang, maka, pendapatan kotor Maman setiap hari, 7000 x Rp 15.000 = Rp 105 juta.  

Sponsored Ad

Tapi jangan bayangkan usaha budidaya lele ini selalu lancar ya. Sampai sekarang saya masih sering tertipu para pengepul lele di Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi), terutama Jakarta. Saat ini uang saya yang masih tercecer di antara mereka masih sekitar Rp 500 juta. Puluhan juta lainnya lenyap,” ungkapnya.

Saat menebar benih, Sarman tidak membeli lele berumur sebulan dengan panjang 46 sentimeter dengan harga per ekor Rp 150 seperti kebanyakan dilakukan peternak lele. “Saya membeli lele yang masih larva seharga Rp 5 per ekor. Sekali menanam, saya menebar 100.000 larva. Dari jumlah tersebut saya hanya berharap, 20.000 larva bisa tumbuh dan siap panen kelak,” ujar Sarman.

Sponsored Ad

Jadi, lanjutnya, modal pertama menebar dan merawat larva sekitar Rp 1,4 juta. Uang sebanyak Rp 900.000 untuk membeli tiga sak makanan selama sebulan, dan Rp 500.000 untuk membeli 100.000 larva. Sebulan ia membutuhkan pakan lele empat sampai lima sak untuk lele dewasa. Maman menjelaskan, hidup larva sangat lemah. “Mudah mati jika muncul cuaca ekstrem mendadak. Contoh, saat cuaca panas, tiba tiba turun hujan,” ujarnya.


Sumber : Intisari

Kamu Mungkin Suka