Tolak Bayar Uang Perabotan 55 Juta. Pas "Serah Terima Toko", Ia Malah Nyesel?!

Semenjak kembalinya Hongkong ke Tiongkok pada tahun 1997, banyak orang Tiongkok yang datang sehingga menyebabkan orang Hongkong kesulitan.

Pada tahun 2016, ada seorang netizen yang berbagi kesulitan yang dialaminya di komunitas Facebook North District dan caranya menyelesaikan itu semua diapresiasi oleh banyak orang.

Sponsored Ad

Ternyata di daerah Sheung Shui, Hongkong ada sebuah internet cafe 2 lantai yang karena masa kontraknya habis, jadi pemilik memutuskan untuk menutup cafenya. Alan, pemilik internet cafe mengajukan persetujuan kepada pemilik salon (wanita Tiongkok) yang pindah dari lantai 1 ke lantai 2 untuk membayar HK$ 30.000 (sekitar 54,2 juta rupiah) untuk dekorasi, AC dan beberapa perabotan lainnya yang ada di dalam toko.


Karena fasilitas dan dekorasi tempatnya masih sangat lengkap serta harga yang murah, jadi wanita Tiongkok ini menyetujuinya. Jadi, keduanya sepakat untuk membayar 2 hari sebelum hari serah terima. Perjanjian ini merupakan win-win solution untuk keduanya. Alan tidak hanya dapat menghemat waktu dan biaya pembongkaran dekorasi dan pemilik salon bisa menghemat banyak uang untuk urusan dekorasi.

Sponsored Ad


Siapa yang menyangka pada hari pembayaran yang telah disepakati, pemilik salon tiba-tiba pura-pura lupa. Tidak hanya mengatakan bahwa ia tidak mau membayar, tapi juga berkata: "Aku mau semuanya dibongkar!" Ini menunjukkan dengan jelas bahwa Alan tidak mungkin membongkar semua dekorasi dan fasilitas dalam sehari dan berarti pemilik salon bisa memiliki semua barang tanpa harus membayar lebih.


Sponsored Ad

Namun, Alan juga bukan orang yang mudah menyetujui itu semua, ia pun segera mencari teman serta kerabat untuk membantu membongkar semua isi toko. Ia juga membagikan progres pembongkarannya di Facebook, jadi beberapa netizen juga ikut membantu.


Akhirnya, dengan bantuan banyak orang, Alan berhasil membongkar semuanya dalam waktu satu hari. Gak cuma fasilitas dan dekorasi toko yang dibongkar, bahkan ubin juga dibongkar olehnya. Seketika tokonya pun kembali ke keadaan "kosong melompong".

Sponsored Ad


Ketika pemilik bangunan mengetahui masalah ini dari awal hingga akhir, ia pun sangat mendukung aksi Alan. lagipula, "pembongkaran" ini adalah atas permintaan pemilik salon. Dan waktu Alan dulu menyewa tempat ini juga semuanya kosong, air listrik dan semua perabotan harus disediakan sendiri.


Sponsored Ad

Kemudian, pada hari serah terima resmi, pemilik salon berkata bahwa dia tidak dapat memindahkan semuanya ke toko. Pada saat ini, pemilik bangungan memuji Alan di depan pemilik salon, "pertukaran tepat waktu dan pembongkaran yang baik!" Hal ini membuat pemilik salon sangat canggung, lalu pemilik bangunan meminta pemilik salon untuk membersihkan semuanya dalam 1 hari.


Setelah itu, pemilik salon mengeluh kepada pemilik bangunan bahwa ia tidak puas, tapi pemilik bangunan mengatakan bahwa semua fasilitas dan perabotan awalnya memang milik Alan. Lalu, pemilik salon yang bermuka tebal ini bertanya pada Alan apa ada barang sisa yang bisa ia pakai. Alan pun menjawab, "itu ada sapu sama pel-an, kamu ambil aja."

Sponsored Ad


Jelas-jelas di awal pemilik salon ini menolak membayar harga yang sudah disepakati dan berpikir bahwa ia bisa menggunakan seluruh perabotan tanpa membayar. Tapi, ketika seluruhnya sudah dibongkar habis, dia jadi harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk mendekor ulang tempatnya. Cuma bisa bilang, apa yang kamu lakukan, itulah yang kamu tuai!


Sumber: omgtw

Kamu Mungkin Suka