Cowokku Kepergok Main Belakang! Setelah Putus, "Aku Malah Menyesal"!

Namaku Dinda, aku dan pacarku bertemu saat masih kuliah. Setelah lulus kuliah, kita berdua pindah ke kota untuk mencari pekerjaan.

Karena baru lulus kuliah, kami berdua tidak punya apapun dan tidak ingin membebani orang tua dengan meminta uang. Jadi, kami pun menyewa sebuah apartemen murah dengan dua kamar di dalamnya. Hal ini supaya harga sewa bisa dibagi 2 dan lebih murah.

Sponsored Ad

Aku mendapat pekerjaan lebih dulu daripada dia, jadi aku yang mengambil inisiatif untuk membayar uang sewa di bulan pertama. Dikurangi dari uang sewa seharga 3,2 juta rupiah dan biaya hidup, aku cuma bisa nabung gak seberapa tiap bulannya. Kadang setiap kali melihat baju yang pengen aku beli, aku selalu mengurungkan niat untuk membelinya.

Sponsored Ad

Pacarku selalu menghiburku dengan mengatakan bahwa gaji orang baru lulus memang rendah, dia juga berjanji padaku setelah dia mendapatkan pekerjaan, dia pasti akan membelikan semua yang aku inginkan. Mendengar janjinya membuatku tersenyum. Aku merasa sangat bahagia meskipun kami berdua sama-sama miskin.

Segera, pacarku menemukan pekerjaan yang cukup memuaskan, gajinya lebih tinggi dua kali lipat dariku. Setelah mendapatkan gaji pertamanya, hidup kami berdua lebih meningkat. Dia pun membelikan baju yang aku impikan. Aku bahkan mulai berpikir bahwa hari-hari miskin kita akan segera menjauh.

Sponsored Ad

Tapi, yang tidak aku pikirkan adalah kehidupan kami pada bulan kedua malah kembali seperti awal. Saat aku ingin membeli baju, pacarku bilang bahwa ada aturan baru di perusahaannya mengenai pembagian gaji. Gajinya tidak dibagi tiap bulan lagi, tapi per tahun. Aku sangat kaget dan heran dengan perusahaannya. Tapi, pacarku bilang tidak masalah, lagipula itu adalah perusahaan besar dan dia sudah menandatangani kontrak, tidak mungkin bisa keluar begitu saja. Dibawah keyakinannya, rasa khawatirku pun menghilang.

Sponsored Ad

Sejak saat itu, biaya sewa rumah jadi tanggung jawabku. Harga sewa kemudian naik di bulan Januari. Gajiku masih tetap dan semakin tidak bisa mengimbangi harga sewa. Meskipun tekanan ekonomi sangat berat, tapi hubungan aku dan pacar sangat mendalam, jadi aku berkata pada diriku selama kita bersama, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi, semakin lama aku semakin tidak puas dengan pacarku. Dia tidak mau membantu membayar biaya hidup sepeser pun. Bahkan menggunakan uangku.

Sponsored Ad

Setiap pergi beli baju denganku, dia selalu bilang gak cocok. Malah minta uang supaya dia beli sendiri. Awalnya aku pikir ini tidak masalah karena pandangan tiap orang berbeda, aku jadi semakin malas menemaninya belanja dan memberikan uangku untuknya. Tapi, setelah sekian lama, aku gak pernah melihat dia pulang bawa baju. Ketika ditanya, dia bilang ada rekannya menikah dan mereka perlu memberi uang. Awalnya aku masih percaya, tapi lama-lama aku gak percaya lagi. Setiap uang itu kuberikan untuknya, pasti akan aku ambil kembali saat dia sedang istirahat.

Sponsored Ad

Sebelumnya, aku mencoba untuk tidak terlalu perhitungan, tapi semakin lama aku merasa ada yang salah. Aku ini tidak kaya, tapi aku malah menghidupi orang lain! Ketika sudah akhir tahun, aku berpikir mungkin gajinya sudah turun, jadi aku membujuknya untuk pindah rumah karena apartemen kita sekarang jauh dari kota dan mau kerja jadi susah. Bahkan sering gak ada air panas, ditambah lagi harga sewa yang naik terus. Tinggal disini benar-benar merugikan!

Sponsored Ad

Siapa sangka, dia malah bilang bahwa keluarganya butuh uang, dia sudah mengirim seluruh uangnya untuk keluarganya. Mendengar ini, hatiku sangat sedih! Selama ini aku sudah capek membiayai semuanya, dia malah mengirimkan semua uangnya untuk orang tuanya! Aku pun bertengkar dengannya dan dia terus mengatakan bahwa rumahnya butuh uang. Akhirnya, setelah dia bujuk terus, amarahku pelan-pelan membaik. Banyak yang bilang IQ cewek pas pacaran itu 0! Kalimat ini benar adanya, aku mencintainya, jadi aku bisa apa?

Sponsored Ad

Terus begitu, aku menghidupinya selama 2 tahun. Aku yang ga pernah komplain pun akhirnya marah karena satu hal. Hari itu adalah hari jadian kita. Aku sengaja pulang cepat untuk masak. Setelah lama menunggunya pulang, dia ternyata pulang dengan tangan kosong! Dia bahkan tidak tahu kenapa aku masak sebanyak ini! Tak lama kemudian, HPnya berbunyi. Ia langsung menghentikan makannya dan melihat ke arah HPnya cukup lama. Aku pun bertanya siapa, dia menjawab itu kliennya. Dia sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

Sponsored Ad

Karena curiga, saat dia sedang mandi, aku diam-diam mengambil HPnya dan menemukan bahwa dia sedang mengobrol dengan wanita muda yang cantik! Bahkan wanita itu berpesan bahwa besok ia menunggunya di tempat yang sama!

Aku sudah menghidupinya, tapi dia malah main belakang! Setelahnya aku menamparnya dan minta putus. Dia langsung memelukku dan menjelaskan semua. Tapi, apa lagi yang bisa didengar?

Mulutnya penuh dengan kebohongan, aku menyuruhnya untuk melepaskanku dan dia pun melepaskanku. Kemudian, dia menunjuk ke arah kotak di bawah kasurnya. Dia menyuruh aku membuka kotak itu. Seketika hatiku jadi dingin.

Sambil menangis, aku membuka kotak itu. Ketika kotak itu terbuka, aku terdiam. Di dalam kotak itu ada sebuah surat kontrak pembelian rumah atas namaku! Aku menoleh ke arahnya dan dia tersenyum. Dia berkata uang yang ditabungnya selama 2 tahun ini digunakan untuk membayar DP rumah. Awalnya setelah makan, dia mau memberikan kejutan ini. Tapi, aku sudah keburu marah. Wanita yang di HPnya adalah sales yang membantunya, ia mengirimkan pesan karena masih ada satu prosedur yang harus diselesaikan besok…

Selama ini aku selalu mengira sudah menghidupi pacarku. Bahkan menduga dia punya wanita simpanan. Ternyata selama 2 tahun dia menabung untuk mewujudkan impianku membeli rumah. Melihat surat perjanjian beli rumah itu membuatku tidak menyangka bisa bertemu dengan pria seperti ini! Aku sangat bahagia!

Sumber: fun01

Kamu Mungkin Suka