Semua Orang Menangis Saat Menghadap "Tembok Ratapan" Ini! Alasannya Bikin Merinding!

Hari ini kita akan membahas tentang sejarah "Tembok Ratapan" atau Wailing Wall dan bahasa Ibrani nya Ha-Kotel. Tembok itu masih berdiri di Yerusalem hingga saat ini dan merupakan simbol jiwa Israel.


Setiap tahun ada banyak turis yang tertarik untuk ziarah dan doa di Tembok Ratapan ini. Sebenarnya, apakah itu Tembok Ratapan? Mengapa banyak orang menangis di sana?

Sponsored Ad


Menurut sejarah, Tembok Ratapan ini adalah tempat yang penting dan dianggap suci oleh orang Yahudi. Ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Herodes. Bait suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak pada kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi. Panjang tembok ini aslinya sekitar 485 meter, dan sekarang sisanya hanyalah 60 meter.

Sponsored Ad

Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah berdiam "Shekhinah" (kehadiran ilahi). Jadi, berdoa di situ sama artinya dengan berdoa kepada Tuhan. Jadi, setelah ribuan tahun, setiap hari Sabat, orang percaya akan pergi ke Tembok Ratapan untuk berdoa kepada Tuhan.

Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.

Sponsored Ad

Dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan.

Sponsored Ad

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kamu pergi ke Tembok Ratapan untuk berdoa. Bagi kaum laki-laki harus mengenakan topi kecil atau penutup kepala dan pakaian tertutup sopan untuk wanita. Ketika hatimu sudah siap, kamu sudah boleh mulai menghadap ke tembok ratapan dengan khusyuk berdoa.

Pada tahun 1992, para arkeolog menemukan 5 buah batu raksasa di Tembok Ratapan yang memiliki nilai sejarah lebih dari 2000 tahun lamanya. Mungkin Tuhan telah menunggu orang-orang percaya di Yerusalem untuk merasakan keberadaan-Nya dan menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya. Dan di tengah tembok batu besar ini ada aliran air yang muncul. Hal ini membuat banyak orang Yahudi bersemangat. Karena di dalam ajaran mereka, Tembok Ratapan yang menangis ini akan menjadi prediksi kedatangan "Mesias", sang juruselamat.

Sponsored Ad

Jika aliran air digambarkan sebagai "air mata tembok ratapan", maka dinding ratapan sebenarnya memiliki tiga air mata. Ada orang mengira, kalau ada aliran air, mengapa keadaan sekitar masih kering? Setetes air pun tidak ada. Ada yang mengira bahwa itu kebetulan saja air mengalir dari tengah batu besar, jadi jika dilihat dari tanah, air itu memang keluar dari dalam batunya sendiri dan bukanlah suatu keajaiban. Tapi, entah dari segi ilmu atau keajaiban, keduanya tidak bisa menghapus kebenaran tentang keberadaan Tembok Ratapan sejak ribuan tahun lamanya.

Sponsored Ad

Dikatakan bahwa ketika Bait Suci ini dihancurkan oleh orang Romawi, orang-orang Yahudi menghadap ke aula yang runtuh dan tembok yang hancur, berkumpul dan menangis. Penderitaan dan tragedi ini telah menciptakan "Tembok Ratapan" hari ini. Bagaimana mungkin orang-orang Yahudi tidak bersedih di hadapan tembok sejarah kenangan tragis ini?

Sponsored Ad

Tembok Ratapan hari ini telah menjadi satu-satunya peninggalan yang tersisa dari Bait Suci, melambangkan inkarnasi Bait Suci dan dengan demikian menjadi tempat doa yang paling suci bagi orang Yahudi. Selama berabad-abad, orang-orang Yahudi datang ke sini untuk berdoa, dan kapan pun mereka mengingat sejarah kehancuran Bait Suci mereka tidak bisa mengendalikan air mata. Orang Israel juga bersumpah untuk tidak pernah meninggalkan Tembok Ratapan ini.

Sumber: hmn

Kamu Mungkin Suka