Aku Mencampakan Suamiku yang Lumpuh dan Pergi Dengan Laki-laki Lain, Namun Tak Lama Aku Harus Menanggung Penyesalan Seumur Hidupku

Pasangan kekasih yang sudah berkomitmen menikah seharusnya siap sedia dengan apapun yang terjadi dalam pernikahannya nanti. Seperti janji pernikahan yang telah diucapkan di hadapan Tuhan dan keluarga bahwa dalam kondisi sehat maupun sakit, kaya atau miskin, suami istri haruslah tetap satu hingga Tuhan yang memisahkan kembali.

Namun ada juga yang tidak sanggup melewati kondisi-kondisi tersebut dan memilih berpisah lalu menemukan pengganti yang menurut pandangan manusia adalah pengganti yang baik. Seperti sebuah kisah yang dilansir oleh Good Times, Malaysia. Walau kisah ini banyak diperdebatkan karena keasliannya, namun kisah ini akan menginspirasi bagi pasangan suami istri.

Sponsored Ad


Namaku Feni. Saat muda dulu, aku dianggap sebagai salah satu gadis tercantik di desa. Lewat seorang mak comblang, aku dikenalkan kepada seorang laki-laki kaya bernama Wang. Keluarganya memiliki beberapa bisnis di kota sehingga keluarga Wang dikenal sebagai keluarga yang cukup kaya di desa kami.

Saat kami bertemu untuk pertama kali, aku tahu, Wang langsung terpesona oleh kecantikanku. Tanpa berkenalan terlebih dulu, orangtua kami setuju untuk melangsungkan pernikahan. Orangtuaku meminta uang Rp 280 juta sebagai mas kawin. Tak disangka tanpa banyak bicara, orangtua Wang langsung menyetujui permintaan itu.

Sponsored Ad


Pernikahan kami berjalan dengan baik meski awalnya aku tidak mengenal Wang. Ia adalah seorang suami yang jujur, bijaksana, dan memiliki keahlian berbisnis yang luar biasa. Sementara itu, aku menjadi seorang ibu rumah tangga yang merawat rumah kami. Suatu hari, seorang mitra bisnis Wang bertamu ke rumah.

Ia bernama Liang, laki-laki dengan pembawaan yang humoris dan memiliki wajah yang tampan. Kami menjamu Liang dengan makan malam. Diam-diam Liang menatapku dengan genit dan membuat pipiku merona. Setelah kunjungan pertama itu, ia sering datang ke rumah kami. Bahkan ia sering memuji kecantikanku dan memberiku hadiah bahkan di saat Wang sedang di rumah.

Sponsored Ad


Sementara itu, bisnis Wang semakin berkembang dan pernikahan kami pun baik-baik saja. Namun kebahagiaan itu tiba-tiba hilang saat Wang mengalami kecelakaan parah. Saat ia dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah parah. Orangtuanya berjuang agar Wang mendapatkan perawatan terbaik dengan menjual semua bisnis mereka dan Wang.

Beruntung, Wang berhasil melewati kondisi kritis dan selamat dari cobaan. Namun sayangnya, ia harus kehilangan kedua kakinya karena luka yang terlalu parah. Wang menjadi orang cacat dan aku harus merawatnya selama 24 jam penuh. Keluarga kami menjadi keluarga miskin dan banyak berhutang. Bahkan sejak mengalami kecelakaan itu, Wang tidak dapat mengelola bisnisnya lagi.

Sponsored Ad


Memikirkan kehidupan kami yang akan semakin sulit ke depannya, membuat aku semakin sedih dan tak dapat menahan tangis. Dalam kegalauan, tiba-tiba Liang muncul dengan ucapan manisnya. Akhirnya, percakapan ini membuat aku berpikir untuk menceraikan Wang dan memutuskan bersama Liang. Mendengar keputusan ini, Wang dan mertuaku tak dapat menutupi kekecewaannya bahkan kebencian.

Aku ikut Liang ke kota. Awalnya, ia sangat baik padaku, mencarikan tempat tinggal dan pekerjaan. Hubungan kami berdua berjalan selama 3 tahun dan saat itu Liang masih mempunyai istri. Aku pun tidak pernah mendengar kabar Wang lagi. Lama kelamaan, aku melihat perbedaan sikap Liang. Ia menjadi laki-laki yang kasar, berani memukul, dan tidak menafkahiku lagi.

Sponsored Ad


Siapa yang menyangka aku dipertemukan lagi dengan Wang. Ia terlihat sehat dan bisa berjalan bahkan ia sudah menjadi kaya lagi! Karena terlalu terkejut, aku menghampirinya dan bertanya, ‘Bagaimana kabarmu? Apakah kakimu lebih baik sekarang?’ Ternyata ia memasang kaki palsu dan sejak aku meninggalkannya, ia mulai menata lagi hidup dan bisnisnya.

Sekarang bisnis miliknya bahkan lebih besar dari yang dulu. Saat itu aku berpikir, apakah aku bisa kembali padanya karena aku melihat Wang tidak membenciku. Namun ternyata ia akan segera menikah dan bertanya apakah aku dapat menghadiri pernikahannya nanti. Penyesalan langsung menyergap hatiku. Seandainya aku tetap setia padanya ketika ia menderita dulu, mungkin hidupku kini akan semakin indah.


Kami akan memiliki keluarga kecil yang indah dan bermain bersama anak-anak kami. Namun semua itu tak akan mungkin terjadi dan indahnya pernikahan kami berdua tidak akan mungkin terulang lagi.


Sumber : Intisari

Kamu Mungkin Suka