Jutawan Menawarkan Saham dan Ditolak! Tapi 40.000 dari Nenek Tetangga Membuat Anak si Nenek Jadi Juragan!

Dia Budi, seorang jutawan dari kota kecil di balik sebuah gunung pinggiran kota.

Setelah wisuda dari kuliah, dia akhirnya memutuskan untuk merantau ke luar kota menjadi seorang sales. Beberapa tahun kemudian, siapa sangka dia berhasil dan mendirikan sebuah perusahaan menjadi seorang jutawan muda! Anak muda desa kecil dan menjadi jutawan di sebuah kota besar!

Sponsored Ad


Tidak lupa akan kampung halaman, Budi selalu rindu untuk pulang. Sampai dia sudah berkeluarga, anak - anaknya pun telah besar, dia ingat akan mimpi dia untuk membangun desanya, dia pun pergi kembali ke desanya.

Saudara - saudaranya di desa tidak tahu menahu apa yang dilakukan Budi di kota. Mereka hanya tahu, oh Budi sukses di kota, tapi sesukses apa, mereka tidak ada bayangan tersebut.

Budi memiliki 1 mimpi sewaktu kembali nanti, yaitu mendirikan sebuah sekolah di desa dan mendirikan sebuah pabrik dimana pabrik ini berasal dari uang para warga desa dan Budi akan membagikan saham untuk mereka, dengan kata lain, warga - warga desa tersebut tidak perlu bersusah - susah lagi untuk mendapatkan uang.

Sponsored Ad


Budi pun senang sekali, menulis sepucuk surat untuk saudaranya di sana kalau dia akan pulang hari itu!


Setibanya di sana, semua teman - teman dan saudara - saudara lamanya menyambut dia! Sambil berpelukan, Budi yang terharu meneteskan air mata kebahagiaannya melihat sanak saudara dan desa dimana dia lahir. Dia pun bertamu di salah satu rumah saudaranya, sambil diikuti semua teman - teman desa dan Budi membagikan hadiah untuk mereka. 


Sambil bercerita tentang kehidupannya, dia mulai mengajak semua orang,"Teman - teman, jadi saya datang ke sini untuk mengajak kalian semua. Aku ingin mendirikan sebuah pabrik di kota, tapi modal saya tidak cukup, karna itu saya harap, kalian semua bisa ikut ambil andil untuk modal pabrik ini, dan saya langsung bagikan saham untuk kalian. Percayalah, pabrik ini pasti akan berhasil dan meraup banyak uang!"

Sponsored Ad

Begitu dia mengajukan penawarannya, suasana yang tadi hiruk pikuk penuh canda tawa, berubah menjadi hening dan tanpa perintah, 1 per 1 orang meninggalkan temapt itu.

Sampai tinggal Budi dan tantenya di rumah itu. Semua orang berpikir Budi sudah gila! Mau m3n1pu uang warga, bahkan tantenya tidak menyiapkan makanan untuk Budi! Budi terdiam, kecewa, dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat! Dia pun pamit mau lihat - lihat sekolah yang mau di renov.

Sponsored Ad


Sewaktu perjalanan, dia bertemu dengan Nenek Sri, yang lagi berjemur diri. Nenek Sri memanggil dia "Budi! Kamu Si Budi kan? duh nak... kamu sudah dewasa! Yuk sini, nenek bikinin makan dulu ya, sini sini sini...!"

Awalnya aku menolak, tapi nenek Sri begitu bersikeras menarik aku untuk makan di rumahnya.

Nenek Sri udah dengar gosip - gosip warga sekitar, dan menurut dia, kalaupun tidak mau ya tak apa - apa, tapi tetaplah sambut Budi yang sudah datang jauh - jauh dari kota. Nenek Sri memang terkenal sangat baik! Meski dia miskin, tapi perhatiannya kepada semua orang membuat hatiku tergerak.

Sponsored Ad

Nenek Sri membuatkan nasi bakar. Kecil, sekali makan juga habis. Nenek Sri sadar kalau nasi itu tidak cukup untuk dia. Dia langsung mengeluarkan kocek dari bantal tempat duduknya dan berkata,"Nak, nenek gak tahu kapan kamu pulang, tapi ini 40 ribu rupiah, ambil lah, pergi beli makanan yang kamu suka biar kenyang ya..."

Aku terharu! 40 ribu itu tidaklah bearti untuk aku yang tinggal di kota, tapi bagiku, harta yang paling berharga itu adalah hatinya yang murni, hatinya yang baik, hatinya yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan dirinya sendiri. 

Sponsored Ad


Tanpa banyak kata, aku minta nomor telepon anaknya yang ada di kota bekerja sebagai buruh,"Hei bro, ini Budi ingat kan? kita pernah main bareng? Iya... aku lagi di rumahmu di kampung. Pulang sekarang! Bawa anak istrimu, barang - barang pentingmu, ada masalah darurat!" setelah itu langsung dia tutup teleponnya tanpa melanjutkan detilnya.


Budi pun meminta izin untuk tinggal di rumah nenek 1 malam, dan mereka berbincang banyak sekali, cerita dari kerja, pegawai, maupun anak istrinya.

Sponsored Ad

Hari ke-2 anak Nenek Sri pun datang dengan buru - buru. Ketika bertemu Budi mereka berpelukan dan tentu saja anaknya lega, tidak terjadi apa - apa dengan mamanya. Budi langsung berkata seperti ini,"Bro, kamu gak perlu lagi kembali ke kota. Kamu di sini bantu aku mendirikan sekolah dari awal sampai akhir. Per bulannya aku kasih kamu 9 juta rupiah beserta bonus - bonusnya. Tidak perlu lagi jadi buruh dengan gaji hanya 500 ribu rupiah, kamu bisa di sini menjaga mamamu dan menghidupi anak istrimu."

Sponsored Ad

Nenek Sri kaget, kenapa dia bisa berkata seperti itu? Budi barulah beritahu identitas aslinya, siapa dia dan apa yang menjadi mimpinya dengan harta - harta yang tak akan bisa dihabiskan oleh keluarganya sendiri. Budi pun berkata, nasi bakar dari Nenek Sri dan hatinya yang menjadikan dia memutuskan untuk memberikan kesempatan ini ke keluarga mereka.

Berita ini langsung tersebar di seluruh desa. Ketika Budi mau kembali ke kota, semua orang yang awalnya menolak datang seperti "penjilat". Budi hanya berkata,"Kalian boleh datang ke pabrik yang akan aku bangun, untuk kerja, bukan untuk dapat saham. Terima kasih!"


Sumber : GoHealth01


Kamu Mungkin Suka