Habis Menikah, Cinta Itu "Hilang"? Curhatan Wanita yang Sudah Cerai Ini Mata Terbuka!

Menurutmu, habis menikah, cinta itu hilang atau tetap ada?

Ada seorang sobat yang sharing cerita:

Ada satu temanku cerita pas kumpul-kumpul. Dia sama suaminya sudah sama-sama 8 tahun, nikah sudah 6 tahun. Makin ke sini, muncul makin banyak perbedaan. Tiap hari ada aja yang diberantemin, entah persoalan kecil maupun besar. Dia merasa kayak gini terus gak ada artinya lagi, pengen cerai saja.

Sponsored Ad

Banyak teman-teman dia yang bilang sama dia kalau ini tuh normal, wajar. Setiap pernikahan pasti begini. Nikah sudah lama, cinta juga akan pudar, yang tersisa hanya kekeluargaan. Tiap hari ketemu, tiap hari bersama, siapa yang masih ngomong cinta-cintaan? Semua orang pun saranin dia jangan terlalu gegabah. Walaupun sudah tidak ada cinta, setidaknya masih ada kekeluargaan, apalagi sudah ada anak. Jangan sembarangan ambil keputusan, daripada nanti menyesal.

Sponsored Ad

Dia pun bingung dan tanya sama kita, apa benar kata teman-temannya, kalau sudah menikah, cinta akan berubah jadi kekeluargaan? Kita berempat pun menyampaikan pendapat kita masing-masing.

Si A bilang, kita nikah buat cari pasangan hidup, bisa terus bersama sampai akhir, bukan cari keluarga. Kalau mau kekeluargaan, pulang aja cari papa mama.

Sponsored Ad

Si B bilang, itu omong kosong. Makanya banyak orang yang menikah tapi tidak bahagia. Kalau dalam sebuah pernikahan tidak ada cinta, hanya ada kekeluargaan, maka pernikahan itu pasti ada masalah.

Si C bilang, aku juga kurang setuju. Aku sama suamiku udah nikah lama, udah punya anak, tapi kita masih peduli dan saling perhatian. Yah, walaupun lebih kayak keluarga, tapi bukan berarti cinta itu hilang. Cinta itu tetap ada tapi akan ditambah lagi dengan kekeluargaan. Pernikahan yang bahagia pasti ada cinta. Kalau tidak bahagia yah hanya akan tersisa dua peran, yaitu ayah bagi anak atau ibu bagi anak.

Sponsored Ad

Ngomong sampai sini, kita jadi sama-sama teringat sama satu orang. Sebut saja namanya D, teman lama kita, sekarang udah tinggal di luar negeri.

D ini punya masa kecil yang kelam. Dari kecil, dia lihat ayahnya setiap hari banting barang di rumah. Tiap hari dia harus dihantui rasa ketakutan. Dia tanya sama ibunya kenapa gak tinggalin ayah aja? Ibunya bilang karena mereka adalah satu keluarga. Satu keluarga tidak boleh berpisah.

Sponsored Ad

Habis dia dewasa dan mengerti sifat buruk ayahnya dan bagaimana ibunya terus menahan penderitaan selama bertahun-tahun, ia bertanya sekali lagi, kenapa ibu tidak mau berpisah saja, padahal jelas-jelas ayah sama sekali tidak cinta padanya. Ibunya malah menyuruhnya tidak boleh ngomong sembarangan, tidak ada yang namanya cinta atau tidak cinta, yang ada cuma kekeluargaan.

Perkataan ibunya terus terbayang-bayang di otaknya hingga dia menikah. Naasnya, dia mendapat suami yang sama seperti ayahnya, tiap hari minum, marah-marah, banting barang, gak mau kerja. Dia ingin lari dari semua ini tapi lagi-lagi ibunya menyuruhnya untuk bertahan demi kekeluargaan. Semua pernikahan akhirnya seperti itu kok.

Sponsored Ad

Waktu kita ketemu lagi beberapa tahun yang lalu pas reuni, kita semua kaget, kok baru 30-an tapi ubannya sudah dimana-mana? Begitu tahu ceritanya, kita semua langsung suruh dia cerai. Dia juga sudah kepikiran sejak lama. Begitu dikasih dorongan lagi sama kita, akhirnya dia memberanikan diri untuk cerai sama suaminya.

Habis berpisah, dia besarin anaknya sendiri. Dia buka toko jual dessert. Walaupun susah, sibuk, tapi bisa kelihatan raut mukanya jauh lebih baik. Setahun kemudian, dia ketemu suami keduanya. Suaminya tidak peduli dia sudah janda dan punya anak. Sekarang mereka tinggal di luar negeri, anaknya juga dibawa.

Sponsored Ad

Waktu mau pergi, dia DM kita di group chat,

"Dari kecil, ibuku bilang kalau habis nikah, cinta bakal berubah jadi kekeluargaan. Tapi sekarang aku akhirnya tahu kalau itu salah. Cinta tidak akan hilang habis nikah, malah cinta itu akan semakin kuat ditambah dengan rasa kekeluargaan. Makasih semuanya udah temenin aku lewatin masa-masa sulit ini. Sekarang aku bener-bener bahagia. Aku gak pernah merasa sebahagia ini sedari dulu."

Sponsored Ad

Mungkin kita sering dengar orang-orang bilang kalau udah nikah, cinta itu pudar, yang ada cuma kekeluargaan, makanya itu banyak orang yang pernikahannya dingin, jenuh, penuh pertengkaran, dan mereka merasa itu normal.

Tapi aku rasa, pandangan seperti itu tidaklah benar. Mereka hanya "menipu" diri sendiri, bilang sama orang kalau pernikahan itu penuh dengan pertengkaran, pernikahan itu ujung-ujung cuma tersisa kekeluargaan, dan kalau pernikahan yang bahagia itu cuma ada di film-film.

Sponsored Ad

Sebenarnya, kalau sudah bersama untuk waktu yang lama, cinta tentu tidak akan semembara dulu. Pertengkaran pasti ada. Ketidaksenangan pasti ada. Tapi pernikahan yang sebenarnya adalah, walaupun sudah bertengkar hebat, tetap duduk bersama di meja makan. Walaupun lagi sebel gak karuan, tapi ujung-ujungnya tetap peduli dan baikan lagi.

Kalau kamu percaya bahwa semua pernikahan itu pada ujungnya hanya tersisa kekeluargaan saja, maka jangan kaget jika suatu hari pasanganmu jatuh cinta pada orang lain. Semua orang di dunia ini butuh cinta, pertemanan, dan kekeluargaan. Ketika dalam pernikahan itu cuma ada kekeluargaan, tidak ada cinta, maka otomatis ia akan mencari penggantinya di luar sana.

Mungkin ada orang yang menikah bukan karena cinta, tapi setelah menikah, cinta itu tumbuh dan mereka bahagia bersama hingga akhir. Tanpa disadari, mereka mencintai pasangan mereka dan tidak mau kehilangan satu sama lain, tidak mau melukai satu sama lain. Yang awalnya cuma ada kekeluargaan jadi ada cinta tanpa disadari.

Pernikahan yang baik pasti ada cinta dan kekeluargaan. Ketika suatu pernikahan sudah tidak ada cinta, hanya ada kekeluargaan, maka ya seperti yang diceritakan tadi. Kekeluargaan hanya akan menjadi sesuatu menyakitkan. Tinggal seatap namun terasa asing. Gak berani cerai karena satu keluarga. Pernikahan itu bukan pernikahan yang sesungguhnya. Pernikahan itu bermasalah. Pernikahan yang baik pasti ada cinta dan ada kekeluargaan.

Bagaimana pendapatmu? Semoga menginspirasi!

*Gambar berupa ilustrasi

Sumber: coffeearticle

Kamu Mungkin Suka