Ibuku Sayang, Aku Tak Akan Pernah Bisa Membalas Semua Jasamu, Tapi Biarlah Aku Menjadi Pengganti Bagian Dirimu yang Tak Sempurna

Sudah menjadi Prayitno setiap pagi mengantar ibunya mencari rezeki. Sepeda tua ini seakan menjadi saksi perjalanan hidup seorang ibu dan anak lelakinya. Dengan kondisi fisik yang tidak normal membuat Sawiyem tidak mudah mencari rezeki di usianya yang hampir menginjak 60 tahun. Sawiyem hanya bisa mencari nafkah dari telur asin yang dibuatnya sendiri. Kesulitan berjalan telah dialami Sawiyem sejak kecil karena terjatuh.

Namun sakitnya yang berbulan-bulan tidak segera diobati oleh orangtuanya. Tapi tidak ada kata menyerah bagi Sawiyem, ia tetap harus menjalani hidupnya. Berjalan dengan topangan tongkat, Sawiyem mencari telur bebek sebagai bahan pembuatan telur asin yang nantinya ia jual. Sebelum menjadi penjual telur asin, Sawiyem bekerja sebagai buruh hingga ada yang memberinya modal usaha sebesar Rp 300 ribu dan akhirnya Sawiyem memilih memulai usahanya sebagai penjual telur asin dari uang tersebut.

Sponsored Ad

Sehari-hari, Sawiyem tinggal berdua saja dengan Prayitno sedangkan suaminya telah tiada dan putri sulungnya pergi mengadu nasib ke luar kota. Prayitno yang telah putus sekolah dan hanya bisa mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SMP yang kini membantu ibunya membuat telur asin. Selain membantu ibu, Prayitno mencari tambahan uang dari membuat layangan. Melihat perjuangan ibu yang berat, Prayitno mengambil alih tugas rumah tangga termasuk memasak.

Sponsored Ad

Yitno menyadari kasih sayang ibu begitu besar padanya, dengan cara apapun tak sanggup ia membalas pengorbanan ibunya. Sawiyem dan anaknya tidak pernah tahu apa rencana Tuhan ke depannya, yang penting kini Sawiyem ikhlas apa yang diberikan Tuhan padanya. Menerima dan tetap berjuang hingga saatnya menghadap kepada Sang Pencipta.


Sumber : Trans7 Official

Kamu Mungkin Suka