"10 Hal Menakjubkan" Dalam Mendidik Anak di "Jepang" Ini Patut Dicontoh! Apalagi #9

Pada ruangan kelas TK di Jepang tidak ditemukan adanya peralatan modern dan mainan kelas atas, sangat kontras dengan kemajuan teknologi Jepang


Hal itu karena kebijakan para pendidik Jepang yang berorientasi pada filosofi pendidikan yang berpusat kepada anak. Banyak yang mengatakan bahwa anak adalah masa depan negara. Dimana masa depan itu tergantung pada pendidikan anak-anak semasa pertumbuhan. Mulai dari TK, anak telah dituntun untuk fokus dalam mengembangkan kemampuannya

Sponsored Ad

Mari kita lihat 10 hal dalam mendidik anak di Jepang yang patut kita pelajari:

1. Menyiapkan berbagai ukuran tas (besar dan kecil)

Sponsored Ad

Hari pertama masuk sekolah, taman kanak-kanak meminta orangtua untuk menyiapkan tas berukuran besar dan kecil untuk dibawa sang anak, termasuk tas sekolah, tas peralatan makan, tas pakaian, tas sepatu, dan lain sebagainya


Sponsored Ad

Setelah 2 tahun, para ibu menyadari bahwa anak-anaknya bisa mengatur hal dengan baik. Mungkin itu juga alasan kenapa orang Jepang dapat mengklasifikasikan pembagian sampah dengan baik.


Sponsored Ad

2. Orang dewasa datang dengan "tangan kosong" saat mengantar dan menjemput

Saat menjemput anak, orangtua Jepang, entah itu ayah, ibu, kakek, maupun nenek tidak membantu anak membawa tas mereka. Masing-masing anak dibiasakan untuk membawa barang mereka sendiri, bahkan saat hujan sekalipun.

Hal ini bertujuan agar anak memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bukan karena orangtua mereka tidak sayang.

Sponsored Ad

3. Ganti baju sendiri

Terhadap anak yang masih berusia 2-3 tahun, orangtua akan memberikan contoh yang benar dalam berpakaian, dan sang anak akan dibiarkan untuk melakukannya sendiri, tanpa bantuan orangtua. Sebuah taman kanak-kanak mempraktekkan cara ini untuk melatih anak hidup mandiri. 

Sponsored Ad

Setiap hari anak berganti pakaian, meletakkannya ke dalam tas, menempelkan stiker namanya, dan menggantungnya di tempat yang telah disediakan. Pelatihan yang dilakukan sejak 2-3 tahun ini memungkinkan anak untuk menjadi orang yang teratur.

4. Tidak ada pertandingan individu dalam perlombaan olahraga

Sponsored Ad

Anak-anak yang masuk ke TK saat berusia 1 tahun, juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam perlombaan olahraga, dimana semua jenis pertandingan adalah pertandingan antar tim.

Dengan begitu, anak akan terlatih untuk bekerja sama dan berkoordinasi dalam mencapai kesuksesan.

Sponsored Ad

5. Pelajaran dan bermain bersama

Sebelum jam 9:30 pagi dan setelah jam 3:30 sore, seluruh anak akan bermain bersama di halaman, anak yang lebih besar akan bermain bersama anak yang lebih kecil.

Sponsored Ad

Pada saat itu, perasaan sebagai kakak dan adik akan semakin jelas, dan kesempatan bagi anak untuk bergaul dengan orang lain, tidak hanya dengan anak seusianya menjadi lebih baik.

6. Mengajari anak untuk "tersenyum" dan "berterima kasih"

Di taman kanak-kanak sepertinya tidak terlalu memperhatikan pendidikan pengetahuan anak, mereka tidak memiliki buku teks, dan hanya ada satu buku gambar, tidak ada pelajaran matematika, Bahasa Inggris, dan sebagainya. Lalu apa yang diajarkan?

Cara untuk "tersenyum" dan "berterima kasih" kepada orang lain.

Di Jepang, tersenyum adalah hal yang paling penting, kemanapun Anda pergi dan kepada siapapun Anda berbicara. Bahkan seorang gadis yang tersenyum barulah yang paling cantik. Dalam 3 tahun di TKK, anak tetap bisa belajar bermusik, seni, dan membaca melalui pendidikan komprehensif.

Orang yang tahu cara berterima kasih, baru tahu rasanya bahagia. Menjadi bahagia adalah sebuah kemampuan dan sejak kecil sudah diajarkan, sehingga saat tumbuh dewasa, anak menjadi lebih terbuka dan damai.

7. Mementingkan pendidikan "makan"

Mungkin hal ini terdengar tak lazim oleh masyarakat Indonesia, namun ternyata di Jepang pendidikan tentang makan ini cukup diperhatikan. Anak-anak tidak hanya diajari cara makan yang benar, tapi juga diajari untuk selalu bersyukur atas makanan yang ada, dan diajari hubungan makanan dengan lingkungan. Masa kecil yang bahagia dan imajinatif dimulai dengan kotak makan berisi cinta, tidak akan menyia-nyiakan makanan walaupun hanya tinggal sedikit.

Sebelum makan, orang Jepang akan berkata "mari makan". Setelah makan, mereka akan mengatakan "terima kasih atas makanan yang diberikan". Kebiasaan seperti itu menumbuhkan rasa bersyukur seorang anak terhadap makanan yang ada.

8. Pengontrolan terhadap rasa lapar

Budaya "puasa" di Jepang, konon katanya berasal dari agama Buddha yang masih ada hingga saat ini. Di Jepang, selain untuk penurunan berat badan, orang akan berpuasa jika memiliki penyakit kronis. Orang akan pergi ke sebuah lembaga yang memiliki pemandangan indah, untuk melakukan pengobatan, detoksifikasi, menenangkan tubuh dan pikiran, dimana hal tersebut juga dilakukan bersama anak-anak.

Meski puasa dan detoksifikasi disini tidak membuat lapar, namun bagi anak-anak tentu tidak mudah. Orang Jepang percaya bahwa hal tersebut adalah penanaman kendali diri dan ketahanan, baik untuk diri sendiri dan untuk anak-anak.

9. Kebiasaan buang air besar

Di taman kanak-kanak Jepang, ada yang namanya "pelajaran buang air besar", dimana guru berpenampilan seakan ia adalah "tuan tinja" dan menjelaskan hubungan buang air besar dengan kesehatan manusia. Bahkan, anak juga diajarkan menggunakan tanah liat untuk membuat bentuk tinja dan menerima penjelasan tentang jenis tinja mana yang sehat dan mana yang tidak sehat, apa yang perlu diperhatikan dalam makanan, dan sebagainya.

Pelatihan penggunaan toilet dilakukan sejak anak berusia 1,5 tahun. Di toilet khusus anak-anak, akan diajarkan cara penggunaan toilet, pembilasan, dan membersihkan tubuh dengan baik.

10. Saat musim dingin menggunakan celana pendek

Tidak peduli seberapa dingin cuaca saat musim dingin, anak TKK akan mengenakan celana pendek ke sekolah, berolahraga, hingga beberapa hari kemudian anak jadi tidak enak badan. Anehnya, para ibu Jepang malah mengatakan: "Ya, biarkan mereka tidak enak badan".

Membiarkan anak berolahraga di musim dingin setiap hari dengan cara ini, bertujuan untuk membuat tubuh anak menjadi kuat, sehat dan juga tidak manja.

Pendidikan anak di Jepang memang berbeda daripada di Indonesia. Melalui sarana pengajaran, pembelajaran, dan pelatihan yang ketat dan tersistem, diharapkan dapat membentuk karakter anak menjadi lebih baik dan kuat.

Mana menurutmu yang paling tidak biasa dari 10 sistem pendidikan anak di Jepang ini? Jangan lupa untuk like, share, dan komen ya!

Sumber: injurylawyer

Kamu Mungkin Suka