Janda Tua Miskin Ini Tinggal Berdua Dengan Putra Bungsunya yang Gila, "Satu Harapannya" Ini Membuat Air Mata Menetes

Bagi Lasiyem, usia senja bukan berarti ia dapat berhenti berusaha. Ia masih harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Karenanya setiap hari saat air laut surut, ia bergegas pergi ke laut untuk mengumpulkan rumput laut dan hewan laut bercangkang. Lasiyem mengumpulkan rumput laut ini bersama Wisto, putra bungsunya. Sekilas, Wisto tampak terlihat baik-baik saja.

Memang secara fisik, ia sehat namun kecelakaan yang pernah menimpanya di saat remaja dulu mengakibatkan fungsi syaraf di kepala Wisto terganggu. Emosinya pun tak stabil dan kerap tak dapat diprediksi karena itulah walau usianya telah menginjak 40 tahun, Wisto belum dapat sepenuhnya mandiri. “Awalnya dia jatuh, kepalanya pecah jadinya seperti orang linglung. Kalau sedang kumat dia seperti orang tidak ingat dan bicara ngawur. Seperti itu saya anggap tidak serius tapi kemudian saya anggap enteng saja,” ucap Lasiyem.

Sponsored Ad

Selain Wisto, sebenarnya Lasiyem masih memiliki anak lagi namun Lasiyem memilih tidak membebani mereka karena mereka telah mempunyai keluarga sendiri dan hidup jauh darinya. “Anak saya juga semuanya hidup serba kekurangan. Pokoknya kalau perkataannya baik, meski saya tidak dikasih apa-apa, saya ini sudah merasa lega. Dibelikan baju juga tidak berharap. Tidak dikasih apa-apa juga tidak masalah. Kalau memang ada yang mau memberi ya saya terima, kalau tidak saya tidak mau berharap,” ungkap Lasiyem.

Sponsored Ad

Saat kondisi psikis-nya stabil, Wisto bersedia mencari tambahan Rupiah dengan bekerja sebagai buruh serabutan. Meski Wisto bekerja bukan berarti Lasiyem dapat berhenti bekerja karena seringkali Wisto menggunakan upah yang ia dapat untuk keperluan dirinya sendiri. “Waktu dapat uang, katanya mbok ini uangnya mau dipakai untuk hobi saya ya,” ucap Lasiyem. Namun dirinya tidak pernah mempermasalahkan keputusan Wisto itu karena Lasiyem masih dapat mencari rezeki dari laut.

Sponsored Ad

Usia yang semakin renta, Lasiyem hanya berharap agar Wisto dapat sembuh sepenuhnya dan dapat membangun keluarganya sendiri. Beban pikiran Lasiyem saat ini hanya ketika ia meninggal nanti, siapakah yang mau merawat dan memberi makan Wisto. Harapan satu-satunya kini hanyalah agar suatu saat nanti Wisto mendapatkan masa depan yang baik walau kehidupan sehari-harinya tidak berkecukupan bahkan harus tinggal di rumah yang tidak layak berukuran 3x2 meter, Lasiyem tetap bersyukur.

Sponsored Ad

Dinding bambu tua yang telah dimakan usia, kini tak mampu lagi melindungi tubuh tua Lasiyem dari kencangnya angin bahkan Lasiyem rela menggunakan bangunan usang yang tak lagi digunakan pemiliknya lagi. “Dulu tetangga saya menitipkan kambing. Kemudian itu bekas kandangnya saya gunakan. Itu dulu bekas kandang kambing. Saya gunakan untuk dapur,” jelas Lasiyem. Kehidupan yang tidak dapat disebut layak ini, tetap membuat Lasiyem bersyukur yang terpenting ia dapat hidup dengan tenang.


Sumber : Trans7 Official

Kamu Mungkin Suka