Ngeri! Lagu Anak-Anak Satu Ini Ternyata Menyimpan Sejarah Kelam dan Bikin Bulu Kuduk Jutaan Orang Berdiri!

Lagu-lagu anak-anak bahasa Inggris yang begitu populer di seluruh penjuru dunia seperti Mary Had a Little Lamb dan London Bridge is Falling Down, ABS Song, The Wheels on the Bus dan lainnya adalah lagu-lagu yang merupakan kumpulan dari koleksi Mother Goose, atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya ‘Ibu Angsa‘. Lagu-lagu ini masih sering dinyanyikan oleh anak-anak di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Banyak orang menyangka bahwa lagu-lagu ini sangat aman dan tidak berbahaya jika dinyanyikan oleh anak-anak. Namun, siapa sangka jika digali lebih dalam lagi, secara mengejutkan ternyata mengungkap latar belakang yang mengerikan.

Sponsored Ad

Salah satunya adalah seperti lagu Baa Baa Black Sheep. Lagu ini ternyata menceritakan tentang pajak wol di abad pertengahan yang dikenakan oleh Raja Edward I. Sepertiga dari biaya wol per karung dibayarkan pada raja, sepertiga lagi untuk gereja dan yang terakhir untuk peternak. Dalam versi aslinya, sebenarnya tidak ada sisa sedikitpun untuk anak gembala yang tinggal di ujung jalan. Selain itu, domba hitam pun dianggap sebagai kesialan karena bulu-bulu mereka tidak bisa diwarnai dan kurang menguntungkan untuk para peternak.

Sponsored Ad

Selain itu, ada pula lagu berjudul Here We Go Round The Mulberry Bush yang menurut sejarawan menceritakan kehidupan narapidana wanita di penjara Inggris yang harus berolahraga mengelilingi pohon mulberry yang ditanam di kebun yang ada di penjara. Ada lagi lagu berjudul Oranges and Lemons yang menceritakan tentang narapidana laki-laki yang sedang menuju tempat eksekusi hukuman pancung.

Namun, dibandingkan lagu-lagu anak-anak di atas, ada sebuah lirik yang menyimpan cerita paling mengerikan, begini liriknya…

Sponsored Ad

Lizzie Borden took an axe,

Hit her mother forty whacks.

When she saw what she had done,

She hit her father forty-one.

(Lizzie Borden mengambil kapak dan memberi ibunya 40 pukulan. Setelah ia menyadari apa yang telah ia lakukan, ia memberi ayahnya 41 pukulan)

Lizzie Borden merupakan putri dari Andrew dan Sarah Borden. Lizzie mempunyai saudara perempuan bernama Emma dan beberapa tahun semenjak kematian sang ibu, sang ayah menikah lagi dengan wanita bernama Abby.

Sponsored Ad

Keluarga Borden sendiri adalah keluarga terpandang dan kaya raya di wilayah Fall River, Massachusetts. Andrew memiliki bisnis properti dan beberapa bisnis besar lainnya. Namun, kehidupan keluarga ini kurang harmonis semenjak sang ayah memutuskan untuk menikah lagi sepeninggal istrinya. Lizzie dan Emma menganggap bahwa Abby hanya ingin mengincar uang sang ayah. Buktinya, menurut pernyataan dari pembantu keluarga, Bridget mengatakan bahwa Lizzie dan Emma tidak pernah makan bersama Andrew dan Abby di ruang makan. Selain itu, mereka berdua pun tidak pernah memanggil Abby dengan panggilan ‘ibu’.

Sponsored Ad

Pada suatu sore di Agustus 1892, Andrew sedang terbaring pulas di sofa ruang tamu sambil tidur. Ia tidak tahu bahwa sang istri telah terkapar selama 2 jam lamanya di kamar dan berlumuran darah. Siapa yang menyangka, bahwa tidak lama setelahnya. Andrew pun meninggal dengan cara yang sama.

Sponsored Ad

4 Agustus 1892, Andrew dan Abby Borden ditemukan tewas dengan luka yang sangat parah. Waktu kematian Abby diperkirakan sekitar pukul 9 pagi, sedangkan Andrew sekitar 10.30-11.10.

Diketahui bahwa sebelum peristiwa naas itu terjadi, Abby berniat membersihkan kamarnya dan tiba-tiba ia diserang oleh seseorang dengan sebuah kapak. Mayat Abby ditemukan dalam keadaan telungkup. Sementara mayat Andrew ditemukan dalam keadaan lebih tragis. Andrew ditemukan tewas di sofa ruang tamu dekat tangga. Ia sepertinya diserang saat sedang tidur. Beberapa luka bacokan di wajah membuat mayatnya hampir tidak dapat dikenali.

Sponsored Ad

Saat kejadian, Bridget yang sedang beristirahat di kamarnya yang berada di lantai 3 kaget mendengar suara teriakan Lizzie. Bridget pun langsung segera memanggil polisi. Tak berapa lama, polisi menemukan kepala kapak di basement rumah, namun .kepala kapak itu tanpa gagang dan dalam keadaan bersih, tanpa bekas darah sedikitpun. Selama pemeriksaan, polisi menaruh curiga pada Lizzie. Beberapa motif diduga kuat mengarah pada Lizzie.

Selain itu, beberapa bukti yang ditemukan pun cukup memberatkan Lizzie, seperti kedapatan membakar baju yang dipakai di hari kematian orang tuanya di atas kompor. Lizzie kemudian membela diri bahwa dirinya melakukan itu karena bajunya terkena cat. Namun, hal itu tidak cukup untuk melepaskan dirinya, Lizzie akhirnya ditahan pada 11 Agustus dan menjalani persidangan tanggal 7 November.

Sponsored Ad

Dalam persidangan ada beberapa fakta dan keganjilan-keganjilan, seperti:

1. Kepala kapak yang ditemukan bukan senjata pembunuh yang sebenarnya. Menurut jaksa, pembunuh telah menyembunyikan kapak yang sebenarnya, sedangkan petugas kepolisian mengatakan bahwa mereka telah menemukan gagang kapak tak jauh dari kepala kapak. Petugas lain pun memberikan keterangan-keterangan yang berbeda.

2. Ada seorang saksi yang mengatakan bahwa Lizzie membeli asam Prussic, zat untuk membersihkan mantel kulit sehari sebelum pembunuhan terjadi, walaupun penjaga toko sempat menolak menjual asam tersebut pada Lizzie.

Sponsored Ad

3. Beberapa waktu sebelum pembunuhan terjadi, seluruh penghuni rumah mengalami sakit yang diduga keracunan makanan. Namun, hasil autopsi terhadap Andrew dan Abby menunjukkan tidak ada racun yang ditemukan.

4. Lizzie jatuh pingsan saat tengkorak korban digunakan sebagai bukti saat persidangan.

Setelah dewan hakim melakukan perundingan, Lizzie Borden dinyatakan tidak bersalah dan terbebas dari segala hukuman, karena tidak memiliki bukti yang cukup kuat. Hasil keputusan persidangan ini pun membuat heboh. Banyak yang menduga kalau Lizzie memang dalang dari pembunuhan itu. Lizzie dianggap memiliki motif dan kesempatan yang besar untuk melakukannya, apalagi mengingat hubungan buruk dengan ibu tiri dan keputusan sang ayah yang menyerahkan properti kepada saudara dari ibu tirinya, bukan kepadanya.

Selain Lizzie, orang-orang pun menaruh curiga pada pembantu rumah tangga, Bridget. Bridget diduga bekerja sama dengan Lizzie untuk melakukan aksi pembunuhan. Mereka berdua bisa bekerja sama untuk menghilangkan bukti dan menguatkan alibi masing-masing. Semua dugaan ini pun sudah dipikirkan oleh pihak kepolisian, tapi kenyataannya mereka tidak bisa membuktikan hal itu. Hal inilah yang membuat Lizzie akhirnya terbebas dari tuntutan.

Lima minggu setelahnya, Lizzie dan Emma pindah ke rumah di kawasan elite The Hill. Kemudian, pada 1 Juni 1927, Lizzie meninggal pada usia 67 tahun. Hingga saat ini, lebih dari satu abad, pembunuhan paling sensasional ini masih belum terpecahkan. Selain itu, masyarakat di The Hill mengatakan bahwa mereka sering kali melihat sosok putih yang diduga adalah sosok Lizzie Borden sedang berkeliaran di ruangan. Kemudian, yang tersisa dari kasus ini lainnya adalah rumah Andrew Borden yang dijadikan museum dan sajak yang hingga saat ini masing sering dinyanyikan oleh anak-anak di Amerika…


Sumber: ettoday


Kamu Mungkin Suka