Mertua Tidak Mengizinkanku Mengganti Popok Anak, Alasan Dibaliknya Bikin Aku Tak Bisa Berkata Apa-Apa

Sejak kecil, badanku sangat lemah dan sering sakit-sakitan. Sekarang aku sudah berumur 23 tahun dan sudah menikah. Aku merasa sangat beruntung karena bisa menikah dengan pria yang telah menjadi sahabat dari kecil. Sampai kemudian kita beranjak dewasa, kita akhirnya berpacaran dan akhirnya menikah.

Menikah dengan sahabat masa kecil membuatku sangat mengenal watak dari ibu mertua. Ibu mertuaku adalah tipe orang yang tidak suka berbicara, namun wajahnya selalu tersenyum. Setelah menikah, setahun kemudian aku langsung hamil. Semua orang pun bersuka cita. Hanya saja, selain merasa bahagia, tapi kami pun harus mulai sadar dan menyadari untuk menanggung beban baru.

Sponsored Ad

Memiliki anak berarti bertambah lagi anggota keluarga yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu, suamiku lalu memutuskan untuk bekerja di luar kota dan mencari penghasilan lebih. Dengan demikian, di rumah hanya ada aku dan ibu mertua. Walau jarang berbicara, tapi ibu mertua memperlakukanku dengan sangat baik. Selain itu, mungkin juga karena sudah mengenalku sejak kecil, ibu mertua sangat baik padaku. Sejak menikah, ia tidak pernah sekalipun menyuruhku melakukan pekerjaan rumah.

Sponsored Ad

Selama ini ibu mertua memperlakukanku dengan sangat baik. Aku diperlakukan sama seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan ibuku sendiri berkata,”Ibu mertuamu sangat baik, bahkan lebih baik dari aku yang merupakan ibu kandungmu. Kamu ini sebenarnya anak siapa?XD” Setiap kali aku lelah bekerja, sesampainya di rumah dari kantor, aku langsung melihat meja penuh dengan makanan lezat.

Ibu mertua juga mencuci semua pakaianku. Aku merasa sangat tidak enak hati, tapi setiap kali aku mencuci pakaian sendiri, ia akan berkata,”Saat sedang hamil, wanita sangat menderita. Anakku sedang tidak di rumah, maka aku harus menjagamu dengan baik.” Mendengar kata-katanya ini, aku merasa sangat bersyukur bisa memiliki ibu mertua sebaik ini.

Sponsored Ad

Setelah hamil selama 4 bulan, aku menyadari bahwa perutku sangat besar jika dibandingkan dengan ibu hamil lainnya. Begitu diperiksa, ternyata aku mengandung anak kembar! Saat aku memberitahukan kabar ini, suami, ibu dan mertuaku sangat bahagia bercampur sedih. Mempunyai dua anak sekaligus, berarti juga memberikan tekanan yang 2 kali lebih besar. Ibu mertua lalu mencoba menghibur suamiku,”Banyak anak berarti banyak rezeki. Kamu tenang saja.”

Kemudian aku pun mengambil cuti dan fokus pada proses kehamilanku. Ibu mertua membantu menyiapkan berbagai persiapan untuk menyambut kelahiran anakku. Mulai dari pakaian, selimut hingga popok. Tanpa terasa, waktu pun berlalu dan aku akhirnya melahirkan. Aku begitu bahagia karena tidak hanya kembar, tapi aku pun dianugerahi anak kembar laki-laki dan perempuan. Dalam sekejap, keluarga kami langsung mendapat sepasang anak. Sungguh anugerah yang terindah!

Sponsored Ad

Setiap kali aku hendak memberikan susu pada anak-anakku, ibu mertua selalu berkata,”Biarkan anak perempuan dulu yang minum.” Aku pun bingung dan menanyakan alasan padanya, katanya,”Anak perempuan tidak minum susu sebanyak laki-laki. Biarkan dia yang minum dulu dan sisanya untuk anak laki-laki.”

Aku lalu bertanya pada ibu mertuaku,”Lebih suka cucu laki-laki atau perempuan?” Dengan tersenyum ia menjawab,”Aku suka keduanya.” Kemudian, ada satu hal yang membuatku merasa sangat heran. Ibu mertua tidak pernah mengizinkanku untuk mengganti popok anak laki-lakiku. Setiap kali ia selalu memintaku untuk menjaga baik-baik anak perempuan dan anak laki-laki dijaga penuh olehnya.

Sponsored Ad

Suatu hari, ibu mertua sedang pergi dan aku lalu diam-diam mengecek popok anak laki-lakiku. Begitu melihat kondisinya, air mataku pun langsung mengalir! Seingatku, semua popok yang disiapkan oleh ibu mertua adalah popok dengan bahan yang bagus, yaitu popok dengan bahan katun kasa. Selama ini anak perempuanku selalu menggunakan popok dengan bahan ini, namun yang digunakan oleh anak laki-lakiku adalah popok yang dijahit sendiri dengan menggunakan sprei bekas.

Sponsored Ad

Begitu ibu mertua pulang, aku lalu menanyakan hal ini padanya. Ibu mertua lalu berkata,”Aku merasa sayang dengan sprei ini. Lagipula bahannya pun tidak buruk. Lagipula anak laki-laki tidak sebawel perempuan, pakai apa saja bisa. Biar yang bagus untuk anak perempuan saja.”

Aku lalu langsung terdiam, lalu aku berkata,”Tapi, kita harus memperlakukan anak dengan perlakuan yang sama. Tidak peduli ia adalah anak laki-laki atau perempuan. Aku tidak mau pilih kasih.” Mendengar hal itu, ibu mertua pun berkata kalau ia akan mulai menggunakan popok dengan bahan yang sama dengan cucu perempuan untuk cucu laki-lakinya.

Sponsored Ad

Peristiwa ini membuatku cukup heran, ternyata ada pula orang tua yang lebih mementingkan anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Padahal biasanya anak laki-lakilah yang akan mendapatkan perlakuan istimewa karena dianggap sebagai generasi penerus keluarga. Namun, dibalik ini semua, aku benar-benar bersyukur memiliki ibu mertua sepertinya. Ia begitu baik padaku dan juga anak-anakku. Ia juga terbuka pada saran dan kritik saat sedang mengurus anak-anak.

Sponsored Ad

Lagipula aku baru sadar, bahwa ibu mertuaku nampaknya ingin membuat anak laki-lakiku tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan sederhana. Maka dari itu ia memperlakukan anak laki-lakiku seperti itu. Setelah dipikir-pikir ada baiknya juga sih, melatih agar anak laki-lakiku memiliki mental yang kuat. Hmmm.. jadi aku harus bagaimana ya? Jadi galau… Kalau menurut kalian apa yang seharusnya aku lakukan???


Sumber: Coco

Kamu Mungkin Suka