25 Th Ini Nenek Jual Makanan ke Anak Sekolah Tanpa Istirahat. "Alasannya" Bikin Hati Teriris!

Di kota Quzhou, Profinsi Zhejiang, di dekat sekolah dasar desa Huang Tan Kou, ada seorang nenek umur 80an tahun yang sudah berjualan sarapan selama 25 tahun. 

Satu bakcang seharga 5 mao, satu pancake telur seharga 5 mao, satu kue beras seharga 5 mao, susu kedelai juga seharga 5 mao. Harga 5 mao ini tidak pernah berubah selama 25 tahun ia berjualan. 5 mao kira-kira hanyalah seharga 250 rupiah.

Sponsored Ad

Nenek ini dipanggil orang-orang sebagai nenek Mao. Ada yang pernah bertanya apakah nenek tidak takut rugi, tapi jawaban sang nenek sungguh menyentuh hati.

Katanya, "Anak-anak ini sudah kuanggap sebagai cucu-cucuku..Mereka sudah terbiasa dengan harga ini." 

Nenek Mao ini bahkan tidak pernah menghitung uang yang dibayar anak-anak itu. Kalau kurang pun beliau tidak peduli.

Menu sarapan yang dijual itu semua adalah buatan nenek Mao sendiri. Dini hari pukul 1, nenek Mao sudah bangun untuk menyiapkan makanan. 

Sponsored Ad

Semua orang sudah menyebut kalau sarapan yang dibuat ini mungkin sarapan termurah setiongkok. 

Pada Maret 2016, nenek Mao sempat terpilih ke "Daftar Orang Berjasa Setiongkok". 

Pada November 2017, lagi-lagi nenek Mao mendapat penghargaan sebagai orang teladan.


Semua peralatan untuk kedai kecilnya akan digotong dari rumah setiap hari. Total ada 4 kompor, 3 wajan, 3 panci, serta 2 meja dan beberapa kursi plastik kecil. 
Nenek akan mulai berjualan mulai dari pukul 5:30 sampai 7:30 pagi.

Sponsored Ad

Penduduk desa sekitar sudah menjadi pelanggan setia kedai sarapan nenek Mao. Anak-anak juga akan datang memenuhi kedai untuk sarapan sebelum menuju sekolah. Anak-anak yang membeli menyebut nenek Mao sebagai "nenek sarapan".

Mereka hanya perlu menghabiskan uang 1000 rupiah untuk membeli 4 jenis makanan. Kalau di tempat lain mah, 1 jenis makanan saja sudah 1000 lebih rupiah..

Sponsored Ad

"Nek, aku mau satu kue.."
"Nek, aku mau satu pancake telur.."

Semakin siang, kedai kecil nenek semakin ramai dikerubungi pelanggan. Nenek dengan terburu-buru menyiapkan makanan panas untuk mereka. Bila nenek sedang sibuk, anak-anak ini akan mengambil sendiri susu kedelai. Setelah makan, ada yang meletakkan uang di bawah mangkok lalu pamit pergi dengan nenek.

Sponsored Ad

Ada juga yang membantu nenek membersihkan mangkok agar nenek bisa segera menggunakannya lagi. 

Hal pertama yang dilakukan nenek pada pukul 1 dini hari adalah membuat susu kedelai. Setelah itu dia akan mulai memasak isi kue berasnya, menyiapkan kulit untuk pancake, dan lain sebagainya. 

Sponsored Ad

Tidak peduli musim dingin ataupun panas, nenek sudah terbiasa melewati hari-harinya seperti ini. Tanpa alarm pun nenek akan terbangun sendirinya pada pukul 1 dini hari.

 

Sponsored Ad

Susu kedelainya dibuat sendiri, pancake telurnya menggunakan telur terbaik, dan isi untuk kue berasnya juga sangat banyak. 

Menurutmu, satu menu seharga 250 rupiah, dia bakalan untung nggak?

Saat ditanya rugi tidaknya, nenek Mao hanya akan menjawab, "Pas-pasan.." 

Sponsored Ad

Tapi siapa pun tahu kalau nenek ini tidak mungkin mendapat untung. Nenek Mao pasti rugi berjualan seperti ini. Uang 250 rupiah sudah tidak seperti 20 tahun yang lalu. Zaman ini uang segitu tidak mungkin bisa membeli apapun.

Dalam 20 tahun ini, nenek telah mengganti 4 sepeda, mengganti kompor 40-50 buah, dan pelanggan nenek juga berubah dari waktu ke waktu. 

Sponsored Ad

Walaupun jualan nenek Mao tidak banyak, tidak spesial, namun makanannya dibuat dengan penuh perasaan dan cinta. Ada beberapa anak yang sudah lulus lalu sekolah di kota lain, lalu saat pulang kampung pasti akan langsung mencari nenek Mao untuk memakan sarapan nenek Mao yang penuh dengan cinta dan juga kenangan.

Nenek Mao mempunyai dua orang anak laki-laki dan dua anak perempuan. Semuanya sudah pindah ke kota dan berharap nenek Mao ikut pindah ke kota tinggal bersama mereka. Namun permintaan anak-anaknya ditolak mentah-mentah nenek Mao. Nenek Mao tidak bisa melepas kedai sarapannya dan tidak ingin meninggalkan anak-anak SD desa ini. 

Harapan beliau adalah kedai sarapan ini dapat berlangsung terus menerus.

Nenek Mao menggunakan uang pesangonnya 1040 RMB per bulan untuk membeli bahan-bahan pembuatan sarapan ini. (Uang 1040 RMB sekitar 2 juta rupiah) 

Kebaikan nenek Mao ini mendapat pujian dan rasa kagum dari penduduk desa lainnya. Saat membeli bahan-bahan makanan, para pedagang toko akan menjual ke Nenek Mao dengan harga murah. 

Di saat harga-harga barang semakin mahal, aksi nenek Mao yang terus mempertahankan harga sarapannya ini sungguh mengharukan. Nenek Mao berkata, mendengar suara anak-anak yang memanggil dirinya, dia sudah merasa sangat puas dan bahagia. Asalkan kesehatannya mendukung, nenek bertekad akan terus berjualan.

Di tengah-tengah zaman yang semakin modern dan dingin ini, sosok nenek ini sungguh sangat menghangatkan dan langka. 


Cara nenek untuk bahagia adalah membagikan cinta kepada anak-anak sekolahan. Bagaimana dengan kamu??

Sumber: toutiao

Kamu Mungkin Suka