Aku Menghina Kakek Tukang Becak Lusuh yang Bertanya Soal Biaya Pembangunan Mesjid, 2 Hari Kemudian Saat Tahu Identitasnya, Aku Sangat Malu Bukan Main!

Banyak sekali kejadian dilingkungan kita menilai sesuatu dari tampilan luarnya saja. Dikira hal sepele karena tampilan luarnya miskin jadi dinilai orang miskin. Salah satunya terjadi disalah satu wilayah di Indonesia. Suatu ketika ada pembangunan sebuah masjid tua. Biaya yang dibutuhkan tentu tidak sedikit. Panitia telah berusaha keras agar dana terkumpul sejumlah kebutuhan namun tak kunjung ada hingga pembangunan terhenti.

Sampai suatu ketika datanglah seseorang yang kumuh dengan tampilan miskin mendatangi panitia pembangunan masjid. Ketika memasuki rumah ketua panitia dia cukup diremehkan karena tamunya datang hanya menggunakan becak bukan mobil mewah atau motor setidaknya. Sampai terbersit Kalimat "ngapain orang miskin datang kerumah?" Sambil berbincang-bincang beberapa menit saja. Lalu pria miskin itu bertanya berapa biaya pembangunan yang dibutuhkan namun jawaban tidak enak dan remeh masih terdengar "sekitar 300 juta dengan nada menyindir".

Sponsored Ad

Kemudian mendengar hal itu dia langsung pamitan pulang dan menyerahkan nomor telepon sambil menitipkan pesan. "Kalau ada waktu, tolong sempatkan ke kantor agama. Besok atau lusa. Sebelum datang, hubungi saya di nomer tersebut. Semoga ada rejeki untuk menyelesaikan pembangunan masjid". Terdengar mustahil bagi ketua panitia masjid apalagi melihat dari penampilannya hanya tukang becak. Merasa biasa saja maka dia ceritakan pada panitia lain dan mereka menyarankan mengabaikannya saja karena tak mungkin sedekah untuk masjid besar.

Sponsored Ad

Dari berbagai saran akhirnya diputuskan untuk tidak menghubunginya, sampai 2 hari kemudian ketua panitia sedang pergi ke suatu tempat dan temannya ini menyarankan mencoba menghubungi kakek tersebut. "Siapa tahu rejeki katanya?"

Sponsored Ad

Mendengar saran lain maka dicobalah nomor telepon yang diberikan dan benar saja menunggu beberapa saat namun tak kunjung datang akhirnya diputuskan pulang tapi dari kejauhan terlihat pria itu menggunakan becak dengan santainya. "Maaf saya terlambat. Mari langsung masuk ke kantor agama" Dengan tidak yakin mereka diajak masuk ke kantor Agama kemudian benar saja mereka diajak diskusi lalu dikeluarkan uang senilai Rp 300 juta rupiah untuk dihitung pengurus kantor agama lalu diserahkan.

Sponsored Ad

Bahkan usai perhitungan mereka diajak membuat perjanjian dan di dalam surat tersebut dituliskan jika pria itu merupakan seorang pengusaha sukses pemilik perkebunan kopi. Usai melakukan akad perjanjian sedekah dia juga meminta atas nama menggunakan nama hamba Allah. Penyesalan tiada Tara saat tahu ternyata orang yang diremehkan hanya tukang becak miskin merupakan pemilik perkebunan kopi sukses.

Akhirnya panitia itu meminta maaf dan memohon ampunan Tuhan atas tuduhannya. Padahal tampilan bukan jaminan kaya dan miskinnya seseorang. Tak bisa sesuatu dinilai hanya karena tampilan luarnya sesaat. Ketika diremehkan cuma tukang becak miskin ternyata dia malah pengusaha sukses pemilik kebun kopi dengan jumlah sedekah Rp 300 juta rupiah. Kesaksian seorang panitia masjid.


Sumber: ucnews



Kamu Mungkin Suka