Jokowi Sebut 'Mudik Beda Dengan Pulang Kampung', Felix Siauw Bandingkan dengan Kisah Pemimpin Tegas Hasil Syariat!

Ustadz Felix Siauw ikut mengomentari pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kata mudik dan pulang kampung. 

Felix pun dalam cuitannya mengisahkan seperti dalam kisah nabi, kalau pemimpin harus tegas dan tak boleh bingung. 

Selain itu Felix juga menuliskan kultwit dengan judul 'Pemimpin Tegas Hasil Syariat' seperti dilansir  di Jakarta, Kamis (23/4/2020).

Sponsored Ad

1. Kebanyakan sahabat sangat lunglai ketika diputuskan bahwa mereka harus pulang lagi ke Madinah di saat itu. Bagaimana tidak, rindu mereka akan thawaf sudah diujung rasa.

2. Namun perjanjian itu sudah terjadi, sahabat Umar yang sedari awal sangat tersinggung dengan poin-poin yang ditawarkan Quraisy, juga sangat terpukul dengan kejadian ini.

3. Sampai-sampai ia berkata pada Rasulullah, "Bukankah engkau adalah Nabi Allah? Bukankah kita diatas kebenaran?". Sebuah pernyataan yang mewakili rasa hatinkeren.

Sponsored Ad

4. Tapi panglima tertinggi adalah Rasulullah. Keputusan ada di tangannya, dan beliau tenang menjawab, "Aku utusan Allah, Aku takkan mendurhakai-Nya, Dia-lah penolongku", kerzakat.

5. Sepeninggal Rasul, giliran Khalifah Abu Bakar menghadapi masalah multidimensi. Ancaman Persia dan Romawi, para murtadin, nabi palsu, dan penolak pembaydidahulukan.

6. Disaat semua perlu perhatian, beliau berangkatkan pasukan Usamah bin Zaid ke Romawi. Umar tidak setuju, begitu juga sahabat lain yang merasa ada yang lebih perlu didahulukan.

Sponsored Ad

7. Sekali lagi, Khalifah Abu Bakar, sebagaimana Rasul saat di Hudaibiyah, adalah panglima tertinggi. Beliau menunjukkan, bagaimana kualitas pemimpin di dalam Islamsaw.

8. Beliau berkata, "Andai tidak ada yang tersisa di negeri selain diriku, aku tetap akan melaksanakan hal itu". Mengapa? Sebab ekspedisi itu program dari Rasulullah saw.

9. Sekarang kita tahu, pemimpin itu tidak boleh bingung, tidak boleh curhat, tidak boleh plinplan. Sebab ia panglima tertinggi. Andai yang tertinggi saja galau, bagaimana bawahanSunnah.

Sponsored Ad

10. Dan dalam Islam, ketegasan seorang pemimpin itu menjadi anti-otoriter, sebab ia bukan memutuskan berdasarkan dirinya sendiri, tetapi berdasarkan Kitabullah dankeberkahan.

11. Itu yang dicontohkan Rasulullah dan Khalifah Abu Bakar. Tegas itu saat berpegang pada Kitabullah dan Sunnah, sebab keduanya takkan pernah berubah, dan selalu memberi keberkahanitu.

Sponsored Ad

12. Misalnya, sampai kapanpun syariat tidak akan menerima seorang pezina yang mengatakan, "Beda, saya bukan mencuri, tapi mengambil barang orang lain tanpa izin", atau menerima pernyataan yang sama lucunya dengan itu.

13. Allah Mahabaik, di kengerian wabah ini, kita masih dikasih komedi

#mudik #pulangkampung


KOMENTAR NETIZEN:

Sumber: netralnews.com

Kamu Mungkin Suka