Pilih Cinta Atau Harta? Jangan Salah Pilih, "Inilah" yang Akan Bikin Pernikahan Kamu Lancar!

Cinta dan pernikahan ibaratnya seperti mengambil kerang di pantai. Jangan mengambil kerang yang paling besar dan indah, tetapi ambil yang paling kamu suka dan yang paling cocok.


Beberapa orang mengatakan bahwa bahkan pernikahan yang paling bahagia di dunia, juga memiliki 200 pemikiran tentang perceraian dan 50 pemikiran ingin mencekik satu sama lain.

Sponsored Ad

Dibutuhkan keberanian untuk seorang gadis yang mau menikah di tempat yang jauh dari kotanya dan memulai hidup baru di tempat yang tidak diketahuinya. Keberanian membutuhkan harga. Ketika Susi menikah, orang tuanya tidak setuju dengan pernikahannya, tetapi tidak ada yang bisa mengubahnya.

Ketakutan orang tuanya benar, pada usia di mana putri mereka masih bisa memilih, mereka berharap putri mereka dapat memilih pernikahan berbasis materi. Tetapi pikiran anak perempuan ini dipenuhi oleh cinta, yang rela melakukan apapun demi cinta.

Sponsored Ad

Pria ini adalah teman sekelasnya di masa kuliah. Meskipun kondisi keluarganya tidak sebaik Susi, tetapi Susi sama sekali tidak keberatan. Keduanya mau kerja keras demi kehidupan yang bahagia.


Mereka tidak punya rumah dan mobil. Susi yang keras kepala ini memilih jalan yang sulit untuk cintanya. Dia tidak mengundang teman terdekatnya untuk pernikahannya. Pernikahan yang lusuh seperti ini sangat memalukan.

Sponsored Ad

Untungnya, masih ada pria yang sangat mencintainya, membuatnya merasa nyaman di negeri asing ini, membuatnya merasa semuanya itu tidak sia-sia.

Meskipun rumahnya hanya kontrakan, tetapi hidup tetap harus dijalankan. Setelah menikah, mereka pun memulai kehidupan mereka yang bahagia. Susi mengusulkan ingin pergi ke supermarket untuk membeli barang-barang. Awalnya dia ingin pergi sendiri, namun suaminya ingin ikut. Mereka pun pergi bersama.

Susi berkata bahwa dia ingin naik bus, tetapi suaminya merasa perjalanan sangat dekat. Mereka pun berjalan selama setengah jam sampai ke sebuah toko kelontong. Suaminya sudah siap-siap masuk, namun Susi berkata bahwa dia ingin pergi ke supermarket bukan ke toko kelontong.

Sponsored Ad


Suaminya merasa sedikit tidak senang dan berkata, "Apa bedanya? Sekarang keadaan ekonomi kita sama. Tidak cocok untuk pergi ke supermarket."

Susi merasa kesal, beli beberapa barang kecil tidak akan menghabiskan banyak uang. Tetapi karena kondisi ekonomi, ditambah dia sudah lelah berjalan, dia pun mengikuti pendapat suaminya dan memutuskan untuk beli di toko tersebut.

Sponsored Ad

Setelah selesai membeli barang, sang suami menolak untuk naik bus. Keduanya pun pulang berjalan kaki sambil membawa banyak barang. Sesampainya di rumah, Susi yang kecapekan pun segera tidur, dia tidak punya tenaga untuk membereskan rumah.

Saking beratnya beban ini, kalau ditambahkan sebatang jerami saja, maka unta ini juga akan roboh. Hal ini juga berlaku terhadap pernikahan.

Setahun kemudian, Susi ingin pulang untuk bertemu dengan orangtuanya. Setelah menikah, dia belum mengunjungi keluarganya sama sekali. Kali ini, dia ingin membawa suaminya bersama. Tetapi sang suami mengatakan bahwa tiket kereta api untuk dua orang terlalu mahal. Kalau mau pergi sendiri saja. Sebenarnya harga tiket kereta juga tidak seberapa, namun sang suami merasa mahal. Susi semakin tidak senang, dia merasa suaminya semakin lama semakin pelit.

Sponsored Ad


Susi ingin pergi ke supermarket untuk membeli vitamin untuk orangtuanya. Namun setiap kali dia pergi ke supermarket, suaminya akan mengikuti, karena uang keluarga selalu disimpan oleh suaminya.

Begitu tiba di supermarket, suami langsung pergi ke area diskon dan membeli beberapa buah dan roti murah. Susi ingin membeli vitamin untuk orangtuanya, namun suaminya selalu mengeluh terlalu mahal. Akhirnya, dia mengambil sekotak susu yang sedang diskon dan membiarkan Susi membelinya. Susi berpikir bahwa susu ini sudah mau kadaluarsa, begitu dia sampai di rumah orangtuanya, susu ini sudah tidak bisa diminum.

Sponsored Ad

Perilaku suami ini benar-benar membuat marah. Dia pun tidak membeli apapun dan pergi begitu saja.


Setelah menikah, Susi tidak pernah menyesal menikah dengan suami yang kondisi ekonominya tidak baik. Tetapi setiap kali Susi melihat sikap suami terhadap orangtuanya, dia merasa sedih. Sekarang, Susi baru mengerti mengapa orangtuanya tidak setuju dia menikah dengan bocah malang itu. Malam itu, Susi tidak bisa tidur, pagi harinya dia menuliskan pesan bahwa dia sudah dalam perjalanan pulang ke rumah keluarganya.

Sponsored Ad

Tak hanya itu, Susi juga mengajukan perceraian.


Meskipun Susi sudah siap bekerja keras dengan pria ini, tetapi begitu dia merasakannya, Susi baru sadar bahwa dia tidak bisa.

Cinta bisa jauh dari kehidupan tetapi esensi dari pernikahan adalah kehidupan. Wanita dapat hidup susah dengan seorang pria, tetapi wanita tidak sadar bahwa dia ingin kehidupan yang bahagia dan menyenangkan. Konsep pernikahan seperti ini cepat atau lambat akan berujung kepada perceraian. Oleh karena itu, wanita harus mempertimbangkan pernikahan dengan hati-hati. Jangan memilih seseorang hanya karena cinta saja, karena pada akhirnya semua ini tidak berarti.

Sumber: aboutlove

Kamu Mungkin Suka