Ia Merasa "Ibu Tunggal" Walaupun Punya Suami. Namun "Nasehat" Dariku, Berhasil Membuatnya Sadar!

Dua hari yang lalu temanku bertengkar dengan suaminya. Saya pun bertanya “Apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan kepadamu?”

Temanku berkata “Dia tidak ngapa-ngapain aku, kami bertengkar justru karena dia tidak melakukan apa-apa!”


Suaminya terlalu sibuk bekerja dan selalu merasa statusnya lebih tinggi. Setibanya di rumah, jika istrinya sedang sibuk beres-beres rumah, masak, ngurus anak, suaminya hanya menaikkan kaki ke meja sambil nonton TV. Oleh sebab itu temanku selalu merasa ia adalah seorang ibu tunggal, padahal ia punya suami: 

Sponsored Ad


Makan sendiri, jalan-jalan sendiri, bawa anak sendiri, sesekali tidur sendiri.

Tapi masih harus mengurus urusan keluarga dan mengkhawatirkan ini dan itu..

Sponsored Ad

Sebenarnya ada suami, tapi kamu merasa hidup seperti ibu tunggal.


Ada banyak ‘ibu tunggal palsu’ di sekitar kita.

Sponsored Ad

Mereka merasa suami kerja sepanjang hari, pagi pergi malam pulang, sehari hanya berkata 1-2 kalimat kepada istri dan anak.

Berharap hari sabtu minggu bisa ada waktu kebersamaan untuk makan, nonton, ngobrol, jalan-jalan bersama,

Tapi pada faktanya suami tetap harus lembur, pergi dengan teman, dan sibuk dengan urusan sendiri setiap harinya.

Dibandingkan dengan ibu tunggal yang sebenarnya, ‘ibu tunggal palsu’ ada seseorang yang menemaninya sepanjang malam dan ada seseorang yang membiayai kehidupan sehari-harinya.

Sponsored Ad


Dan biasanya sekitar jam 3-5 sore, ada seseorang yang telepon “aku tidak makan malam bersama karena lembur!”

Sisanya tidak ada perbedaan yang signifikan! Saat membawa anak ke taman, istri lain bermain bersama suami dan anak dengan bahagia, kamu hanya bisa merasa iri dan kesepian.

Sponsored Ad


Pergi ke supermarket untuk membeli sesuatu, istri lain ada suami yang membantu mendorongkan troli belanja, kamu harus mendorong semua belanjaanmu sendiri.

Ketika keluarga lain makan bersama, kamu harus makan tanpa ada sosok ayah yang menemani anak-anak.

Sponsored Ad

Langit menjadi gelap, masak, mencuci baju, menyapu rumah harus sambil menggendong anak karena saking tidak orang yang bisa membantumu.


Suami yang sibuk dengan kerjaannya, selalu berpikir bahwa tugas istri merawat dan mengurus rumah adalah seharusnya dan sebuah kewajiban.

Sponsored Ad

Ada beberapa tipe suami berkata “apakah kamu pikir aku suka dengan rutinitasku setiap hari? Aku lakukan semua demi kamu, anak, dan masa depan kita!”

Dan ada beberapa tipe istri berkata “kamu pikir apa enak merawat anak seorang diri? Punya suami tapi rasanya seperti ibu tunggal!”


Faktanya suami yang jarang pulang ke rumah, ia adalah suami yang egois karena hanya mengejar pencapaian sendiri. Begitu juga dengan istri yang tidak pengertian, setiap ucapannya hanya membawa kehancuran keluarga.

Sponsored Ad

Dan bagaimana dengan ibu rumah tangga? Tiap hari hati, batin, dan fisiknya habis terkuras, tidak dapat gaji, tapi harus tetap bekerja 24 jam sehari.

Belum lagi jika anaknya tidak sengaja tersandung, suami pasti marah “kamu tiap hari di rumah, kerjaanya hanya mengawasi anak pun, masih bisa-bisanya anak jatuh! Sebenarnya tugas kamu tiap hari ngapain sih?”

Bahkan jika suami istri harus bekerja, urusan pekerjaan rumah masih harus tetap dikerjai oleh sang istri.

Sponsored Ad

Dalam masyarakat modern, suami istri bekerja, namun bagi suami urusan keluarga 100% masih tetap tanggung jawab istri.

Karena itu banyak wanita terbebani, selain harus mencari uang, juga masih harus mengerjai pekerjaan rumah tangga. Semua tekanan tertumpuk menjadi satu. Ini tidak manusiawi, ini tidak adil!


Para suami yang terhormat: Berapa kali Anda membantu melipatkan pakaianmu dalam setahun? Berapa kali Anda merapikan tempat tidur? Berapa kali Anda mencuci piringmu sendiri?

Berapa kali Anda pernah memasak? Berapa kali Anda pernah membersihkan toilet?

Berapa kali Anda mengajari anak belajar? Berapa kali Anda menemani anak bermain?

Jika jawabanmu tidak sampai sampai 10 kali, berarti istrimu yang sudah melakukan ribuan kali.

Bukankah pada saat menikah Anda pernah berjanji untuk mencintainya, merawat, dan membahagiakan istrimu seumur hidup?


Para istri yang tercinta: Setelah suami pulang kerja, pekerjaan rumah harus dibagi. Suami pulang kerja, Anda juga bisa istirahat sebentar.

Pekerjaan rumah adalah tanggung jawab 2 pihak, ditanggung bersama, bukannya dibebankan ke satu pihak saja.

Pria yang tidak mau melakukan pekerjaan rumah, ia akan cenderung mudah berselingkuh daripada membagi tugas di rumah.

Karena ia tidak memiliki rasa partisipasi dalam keluarga dan tidak peduli urusan rumah.


Saya juga memiliki seorang teman wanita yang bersikeras harus mandi sebanyak mungkin setiap harinya.

Karena saat mandi adalah satu-satunya waktu ia bisa sendirian dan menenangkan diri.


Ada juga teman yang harus minum kopi di cafe.

Itu artinya kamu harus memberi diri waktu untuk bernafas, dan ijinkan pria membantu urusan keluarga dan anak-anakmu, biar kamu bisa mengatur diri sendiri dan selalu menghadapi keluargamu dengan senyuman.


Mengapa kamu tidak memberikan kesempatan pada suami untuk belajar melakukan pekerjaan rumah?

‘Ibu tunggal’ yang tersayang, jangan takut dan coba beri tahu pada suamimu : Seorang suami yang bersedia membantu pekerjaan rumah tangga, pasti akan lebih mencintai istri dan anak-anaknya, serta menikmati hubungan agar bisa lebih baik lagi!

Sumber: womanhoro 

Kamu Mungkin Suka