Setiap Hari Pria Pengangguran Ini Menunggu di Depan Kelas di Sekolah. Begitu Tahu "Alasan Dibaliknya", Semua Orang Memujinya!

Pada pukul 7 pagi di sebuah sekolah dasar kota Chengkou, Cina, tampak seorang guru bahasa kelas dua SD sedang mengajar anak-anak membaca. Seorang gadis yang duduk di kursi roda juga ikut membaca di dalam kelas tersebut, tepatnya di barisan paling belakang.

Ia menunjuk tulisan yang ada dalam buku dengan tangan kirinya. 

Suaranya sangat lembut bahkan hampir tidak kedengaran. Namun, ia sangat serius. Ketika mereka membaca kata "Fen Fen", anak- anak yang duduk di dalam kelas serentak menoleh ke belakang dan tersenyum kepada gadis itu. 

Sponsored Ad

Gadis itu pun kemudian tertawa terbahak-bahak. Pada saat itu, Xu Furong, seorang pria yang berdiri di luar kelas juga ikut tersenyum.


Ternyata sangat kebetulan sekali gadis itu juga bernama Fenfen. Ia adalah penderita cerebral palsy atau lumpuh otak, merupakan suatu penyakit saraf yang mengganggu atau memengaruhi koordinasi dan pergerakan tubuh. Kondisi itu membuatnya dibuang orang tua kandung di usia 3 bulan.

Sponsored Ad

11 tahun yang lalu, Xu Furong, pria usia 50 tahun inilah yang mengadopsi Fenfen. Bahkan enam tahun yang lalu, ia mengundurkan diri dari pekerjaannya, dan fokus untuk menjaga Fenfen dan menemaninya melakukan rehabilitasi. Tahun lalu, Fen Fen sudah bisa membaca dan menuntut ilmu seperti anak-anak normal.

Setahun ini, Xu Furong selalu duduk di luar kelas menunggu Fenfen pulang sekolah. Ia pun mengakui dirinya belum tua. Selama Fenfen ingin menuntut ilmu, ia akan selalu menemaninya. Ia ingin Fenfen juga bisa memperoleh pengetahuan yang sepantasnya di masa pertumbuhannya.

Sponsored Ad


Di usia 50 tahun, Xu Furong menemukan Fenfen dan menjadi ayah tirinya. Xu Furong berasal dari desa Xujia. Pertemuan Furong dan Fenfen sepertinya sudah ditakdirkan.

Ceritanya, pada bulan Desember 2007, di cuaca sangat dingin seorang bayi yang baru lahir 3 bulan ditelantarkan ibunya di RS. Saat itu Xu Furong bekerja sebagai tukang cat yang lokasinya tidak jauh dari RS tersebut. Furong sangat menyukai anak kecil, maka saat ia mendengar kabar ada seorang bayi ditelantarkan oleh ibunya, ia pun memutuskan untuk mengadopsi bayi itu, yaitu Fenfen.

Sponsored Ad

Namun, Furong adalah seorang pria yang tidak pernah menikah dan membesarkan anak, mau tidak mau ia harus membiayai seorang babysitter untuk menjaga Fenfen.
Seiringnya waktu, Fenfen pun bertumbuh besar, namun di usia empat bulan Fenfen masih belum bisa  berguling ke sana-kemari, bahkan belum bisa berdiri. Karena keanehan ini, Furong segera membawanya ke rumah sakit, akhirnya Fenfen didiagnosa mengalami lumpuh otak.

Mendengar kata "HARAPAN", Xu Furong nekat dan rela melakukan segala sesuatu untuk Fenfen. Malangnya, pengobatan dan rehabilitasinya sudah berjalan 3 tahun namun belum ada perubahan apa-apa. Fenfen tetap tidak dapat berdiri dan bagian kanan tubuhnya bahkan tidak dapat berfungsi. Lebih parahnya lagi, Fenfen tidak dapat duduk lama, karena kedua pinggulnya menonjol. Ia hanya bisa duduk di atas bantal atau selimut.

Sponsored Ad


Pada tahun 2012, Xu Furong mengundurkan diri dari pekerjaannya dan mulai sepenuh hati menemani Fenfen melakukan rehabilitasi di beberapa RS yang berada di Shanghai. Dalam lima sampai enam tahun itu, Xu Furong sudah menghabiskan uang hingga ratusan ribu yuan(sekitar 200 Juta Rupiah). Bahkan sampai mengosongkan semua tabungannya untuk membiayai biaya pengobatan di RS.

Karena sudah tua, banyak orang menasehatinya untuk mengirim anak itu ke panti asuhan dan jangan berharap lagi.

Sponsored Ad

Karena nasehat itu, Xu Furong pernah berpikir untuk mengantar Fenfen ke panti asuhan, namun akhirnya pemikiran itu dibatalkan. Bagaimanapun juga ia dan Fen Fen sudah saling terikat secara batin.

Beberapa tahun kemudian, terjadilah sedikit perubahan. Meskipun Fenfen cacat secara fisik, namun untungnya, perkembangan kecerdasan Fenfen tidak terhalang. Ketika ia berusia enam atau tujuh tahun, ia tetap ingin sekali pergi ke sekolah.

Suatu hari, Fenfen duduk di depan pintu rumah sambil berjemur. Ia melihat anak-anak di desa pergi ke sekolah dengan tas ransel. Kemudian ia bertanya pada sang ayah," Ayah, bisakah aku pergi ke sekolah juga? "

Sponsored Ad

Xu Furong mengatakan bahwa dia juga berharap Fenfen dapat pergi ke sekolah, belajar dan bergaul dengan teman-temannya. Sayang sekali, kondisi fisiknya tidak mendukung di saat itu. "Dokter mengatakan bahwa Fenfen perlu melakukan operasi tulang pinggul. Jika tidak, otot-otot pinggulnya akan menyusut dan tak bisa duduk untuk selamanya.

Pada tahun 2016, operasi Fenfen berjalan dengan lancar. Xu Furong pun segera mendaftarkan Fenfen ke sekolah.

Pada September 2017, Fenfen sudah berusia 10 tahun, ia pun masuk ke sekolah dengan menggunakan kursi roda untuk pertama kalinya. Karena takut Fenfen tidak dapat beradaptasi maka Xu Furong menemaninya ke sekolah setiap hari.

Sponsored Ad

Tepatnya pukul 7 pagi, Xu Furong mengantar Fenfen ke sekolah, sampai di kelas, ia mengeluarkan buku-buku Fenfen dari tas, menemani Fenfen ke toilet di jam istirahatnya, dan menunggunya pulang sekolah pukul 3 sore. Di sekolah Fenfen juga dilatih untuk berdiri saat upacara bendera seperti anak-anak lainnya.

Musim dingin pun tiba, namun rutinitas Xu Furong tidak pernah berubah. Ia setia menunggu putrinya 8 jam di luar kelas sampai ia pulang sekolah. Ia bahkan sudah seperti salah satu anggota dari sekolah itu.

Sponsored Ad


Meskipun hidupnya tampak keras, namun Xu Furong merasa sangat bangga, "Fenfen, anak yang gemar membaca dan rajin, ia tekun menyelesaikan PRnya.. Walau ia memerlukan waktu 2 kali lipat dibandingkan dengan anak lain, namun karena ketekunannyalah akhirnya ia pun memperoleh nilai penuh dalam ulangannya.

"Selama ia ingin belajar membaca, aku akan menemaninya."

Sebenarnya Xu Furong juga khawatir dengan kesehatannya yang semakin menurun, sehingga tidak dapat menemani putrinya belajar.

Rutinitas seperti juga sudah berlangsung cukup lama. Tidak mungkin Xu Furong begini terus tanpa penghasilan. Untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka, Xu Furong menerima lowongan pekerjaan menjadi petani. Namun karena harus bekerja dan harus menjaga Fenfen di tengah jam istirahat sekolah, ia pun harus menyelesaikan pekerjaan bertaninya sebelum jam 10.

Setelah Hu Jiaqin, wakil kepala sekolah mendengar hal ini, ia mempertimbangkan untuk menyediakan sebuah pekerjaan untuknya seperti, tukang pembersih lingkungan di sekolah. Tujuannya, agar ayah dan anaknya bisa tetap bersama.

Xu Furong, yang berusia 61 tahun, sering ditanya, apakah ia berencana untuk terus menemani anaknya seperti ini ?

Dia tersenyum dan berkata: "Saya masih muda, selama ia ingin menuntut ilmu, saya akan menemaninya."


Meskipun dokter mengatakan Fenfen memerlukan kursi roda seumur hidupnya, Xu Furong optimis bahwa masa depan putrinya masih penuh harapan. Sekolah bukanlah hanya tempat untuk menuntut ilmu, tapi juga tempat dimana putrinya bisa bertumbuh.Satu-satunya hal yang ia takuti adalah kesehatannya yang semakin menurun dan tidak bisa menemani sang putri lagi.

Xu Furong sendiri tidak berkeluarga, ia memiliki saudara laki-laki dan perempuan. Awalnya orang-orang dan keluarga Xu Furong tidak setuju dengan keputusannya untuk mengadopsi seorang anak yang menderita lumpuh otak. Namun lambat laun, melihat tekad kuat Xu Furong, seluruh anggota keluarga mulai menerima Fenfen dan menyayanginya.

Benar-benar ayah yang luar biasa.. Karena kebaikan dan perjuangannya, telah mengubah kehidupan gadis kecil itu.  Semoga Fenfen dan ayahnya sehat-sehat selalu!


Sumber: Story

Kamu Mungkin Suka