57 Tahun Nikah, 37 Tahun BUTA, Tapi Sang Istri Tak Pernah Mencampakkan! Alasannya Bikin Mewek!

Di desa terpencil Donglan, Tiongkok, ada kisah tentang sepasang suami istri yang membuat warga sekampung terharu dan menunjukkan kepada kita semua apa itu cinta sejati yang sesungguhnya.

Sang suami bernama Huang Fu-neng dan sang istri bernama Wei Gui-yi. Mereka telah hidup bersama selama 55 tahun. Pada saat menikah, usia mereka baru 25 tahun dan 21 tahun. Sebelum menikah, mereka sebenarnya tidak kenal lama.

Sponsored Ad

Selama 33 tahun terakhir, mata sang suami mengalami kebutaan, namun sang istri tetap setia menemani. Dengan berbekal sebatang bambu dan mata sang istri, mereka selalu bersama ke mana pun mereka pergi. Selama 33 tahun terakhir, sang istrilah yang menjadi 'mata' baginya.

Sponsored Ad

Pada tahun 1985, sang suami terserang penyakit, alhasil ia pun kehilangan penglihatan di kedua matanya. Dunia yang tadinya terlihat dengan jelas pun hanya tinggal kenangan. Sejak itu, dunianya menjadi gelap tanpa cahaya.

Sang suami pun berkata kepada istrinya, "Saya tidak bisa melihat apapun lagi sekarang. Saya sudah menjadi orang yang tidak berguna. Pergilah! Menikahlah dengan orang lain."

Sang istri pun menatap suaminya yang tidak bisa melihat apapun lagi dan mengatakan kalimat yang sangat sederhana, "Aku akan menjagamu selamanya!"

Sponsored Ad

Sejak hari itu, sang istri memakai tongkat bambu untuk menuntun suaminya. Ke mana pun dia pergi, mereka selalu bersama-sama, ke pasar, ke rumah saudara, ke rumah teman, keduanya benar-benar tidak terpisahkan. Mereka telah menjalani kehidupan seperti ini selama 33 tahun.


Seseorang pernah berkata pada istrinya, lupakan saja, jangan tinggal di sisinya, kamu bisa menikahi orang yang lebih baik dan menikah dengan pria yang sehat.

Sponsored Ad

Sang istri mengabaikan perkataan orang-orang ini, atau tidak menjawabnya dengan kalimat, "Tidak perlu. Saya seumur hidup adalah istrinya. Ada dia ada aku, ada aku ada dia." Lama-kelamaan, orang-orang pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Mereka tidak punya anak. Mereka tidak kaya. Tetapi mereka sangat bahagia, sangat romantis, sangat mencintai.

Sponsored Ad

Mereka lahir dan besar di pedesaan. Mereka tidak pernah meninggalkan desa selama masa hidup mereka. Tetapi pemahaman mereka tentang cinta malah lebih dalam dan lebih kaya daripada orang yang tinggal di perkotaan.

Mereka saling bersandar satu sama lain, saling menjaga satu sama lain, dan saling menemani satu sama lain.

Tahun demi tahun, usia mereka bertambah tua dan tubuh mereka semakin membungkuk. Tapi tongkat bambu tersebut masih berada di tangan mereka, menyertai mereka setiap hari, dan menjadi simbol cinta mereka yang paling jelas.

Jika bukan ini yang namanya cinta sejati, mimin sudah tidak tahu apa lagi :')

Sumber: lookforward

Kamu Mungkin Suka