Beberapa wanita seperti Luna Maya, Wulan Guritno dan Tamara Bleszynski dianggap sebagai contoh wanita yang begitu cantik. Mereka adalah tipe wanita berdarah campuran yang banyak dipuja-puja. Mereka adalah orang Indonesia, namun memiliki warna kulit yang lebih terang dari kebanyakan orang Indonesia pada umumnya, dan beberapa ciri lainnya yang membuat banyak orang menganggap mereka amat cantik.

Kebanyakan orang menganggap bahwa wajah-wajah blasteran begitu rupawan, sehingga tidak aneh rasanya jika wajah mereka menghiasi layar-layar TV kita. Mengapa bisa begitu? Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa kriteria cantik ini terbentuk dari faktor budaya dan ada kaitannya dengan hegemoni kebudayaan Barat. Seseorang akan dikatakan rupawan saat mendekati standar wajah-wajah orang dari Barat.

Selain itu, ada pula penelitian yang dengan jelas mengatakan bahwa hasil perkawinan silang pasti akan menghasilkan keturunan yang lebih kuat dibandingkan orang tuanya. Meski sedikit kontroversial, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa dari hasil pangan yang merupakan hasil hibrida pun banyak yang menghasilkan kualifikasi unggulan.

Contoh wajah blasteran yang sedang menarik perhatian banyak orang di dunia adalah seorang gadis yang bernama Hei Jiajia. Hei Jiajia adalah anak dari Hei Nanping, seorang wanita Taiwan dan pria yang merupakan warga Australia. Hei Jiajia memiliki paras yang cantik dan sangat berbakat dalam permainan catur igo. Hei Jiajia mulai belajar catur igo saat usianya 6 tahun.

Tahun 2010 lalu, Hei Jiajia mewakili Taiwan berlomba dalam kompetisi Asian Games dan berhasil merebut medali perunggu. Sekarang ini Hei Jiajia telah menjelma sebagai ‘Dewi Igo Taiwan’ dan banyak orang pun sangat mengakui kehebatannya dalam permainan catur ini.

Hei Jiajia sendiri lahir di Australia dan mempunyai nama Inggris yaitu Joanne Missingham. Hei Jiajia dibesarkan di Taiwan dan fasih berbahasa Inggris maupun Mandarin. Hei Jiajia dianggap sebagai sosok wanita ‘sempurna’ di zaman ini, tidak aneh rasanya mengingat dirinya memiliki paras yang begitu cantik dan juga memiliki segudang prestasi. 2 tahun lalu, tepatnya di tahun 2016, Hei Jiajia baru saja menyabet juara 2 lomba catur igo yang diadakan di Jepang!

Media di Jepang selain meliput prestasinya, mereka pun langsung terpukau dengan paras dari Hei Jiajia. Penampilan fisik Hei Jiajia menarik banyak perhatian media asing dan membuat banyak netizen menganggapnya sebagai contoh wanita cantik di zaman milenium ini. Tanpa disadari, Hei Jiajia mulai memiliki banyak penggemar di luar negeri.

Yang lebih mengagumkan lagi, Hei Jiajia pun sangat mahir memainkan alat musik. Bisa dikatakan Hei Jiajia benar-benar sosok gadis yang multitalenta! Selain itu, Hei Jiajia saat ini sedang memperjuangkan kesetaraan gender dalam dunia catur igo. Hingga saat ini masih terjadi kesenjangan upah antara atlet catur igo wanita dan pria yang perbedaannya sangat jauh. Dilaporkan bahwa pecatur pria bisa mendapat bonus sekitar NT $ 9000 (sekitar 4 juta rupiah) untuk sekali main, sedangkan pecatur wanita tidak menerima bonus sepeserpun.

Orang tua dari Hei Jiajia mengatakan bahwa sejak kecil anak gadisnya itu memang mempunyai cita-cita agar bisa merubah dunia ini menjadi lebih baik. Walau sang ibunda tercinta telah berpulang kepada Yang Maha Kuasa saat usianya masih 19 tahun, tapi Hei Jiajia terlihat jauh lebih dewasa dan mandiri dibanding gadis-gadis lain seusianya. Hei Jiajia bekerja sangat keras dan terus berusaha untuk mewujudkan impiannya, yaitu untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik. Salut banget sama sosok gadis satu ini!

Namun, jika melihat rekam jejak Hei Jiajia, wanita satu ini memang memiliki darah campuran dan menurut penelitian akan lebih unggul dibandingkan yang lainnya. Hanya saja, perlu diingat bahwa semuanya kembali lagi pada pribadi masing-masing. Setiap orang baik blasteran atau bukan, semuanya sudah diberikan talenta dan kemampuan masing-masing oleh Yang Maha Esa, permasalahannya adalah apakah kamu mau mengembangkan talenta itu dan memanfaatkan kesempatan dengan baik, atau kamu hanya mengubur talenta itu…

Sumber: Story