Ayah : "Anak Gak Berguna! Kamu Itu Sarjana Kambing!" Namun Tak Lama Kemudian, Ayah Dibuat Menyesal Dengan Perkataannya!

Setiap orangtua ingin memiliki anak yang sukses dan membanggakan kedua orangtua. Terlebih lagi jika anak mereka bisa mengangkat harkat derajat orangtua sehingga mempunyai kehidupan yang lebih baik lagi.

Inilah yang menjadi harapan Pak Suman, ayah dari Irul seorang sarjana pertanian lulusan terbaik. Pak Suman selalu membayangkan bahwa orang sukses itu adalah orang yang bekerja di kantor dengan pakaian rapi dan bersih. Semenjak lulus kuliah, Pak Suman terus mendorong Irul agar ia mencari kerja di perusahaan besar. Tidak begitu dengan Bu Sutin, ibu dari Irul yang membebaskan Irul menentukan jalan hidupnya sendiri.

Sponsored Ad

Irul menuruti permintaan ayahnya untuk melamar kerja dan mengikuti tes kerja kantoran. Namun ia sengaja tidak mengerjakan semua tes dengan baik hingga lamaran pekerjaannya ditolak terus menerus. Sebagai lulusan pertanian, Irul lebih senang merawat kambing-kambing dan menjadi petani. Irul pun mendapat sebutan sarjana kambing di desanya.

Sponsored Ad

Hal inilah yang membuat ayahnya selalu memarahinya. Pak Suman merasa ia harus turun tangan mencarikan pekerjaan untuk Irul hingga Pak Suman berinisiatif ke KUA untuk meminta bantuan agar Irul dapat bekerja di KUA. Saat tahu hal ini, Irul mencoba menolak keinginan ayahnya, “Pak. Kayaknya Irul gak bisa kerja di KUA pak.

Lah terus kamu ini bisanya apa, Rul? Sarjana kok banyak gak bisanya sih?!” ucap ayahnya. “Itu bukan bidang Irul, pak!” jawab Irul. “Jadi apa gunanya bapakmu ini jual tanah, biayai sekolahmu biar sampe sarjana?! Sekarang kerja di kantor gitu aja kok gak bisa! Rul! Mbok ya sekali-kali kamu itu nurut sama bapakmu ini! Bisa gak?!” ucap ayahnya.

Sponsored Ad

Iya pak, tapi..” tepis Irul. “Sudah gak usah banyak alasan! Bapak kecewa sama kamu. Lihat! Semua anak di kampung ini nurut sama bapaknya! Lihat si Burhan! Sekarang hidupnya sudah senang, jadi pegawai kecamatan. Si Rohim, biar dia lulusan D3, dia jadi pegawai bank. Temanmu, si Torang, jadi pengusaha sukses! Sudah mandiri, punya rumah, punya mobil! Lah kamu sarjana katanya pinter! Apa yang bisa dibanggakan?!” ucap ayahnya.

Sponsored Ad

Maaf pak, saya belum bisa buat bapak ibu bangga,” jawab Irul singkat sambil berlalu. Kekecewaan pun nampak pada wajah Irul dan Pak Suman. Padahal Irul bukanlah sarjana gagal karena ia sedang merencanakan sebuah hal yang mulia bagi para petani di desanya. Ia merasa dengan tinggal di desa, dirinya bisa lebih bermanfaat bagi seluruh penduduk desa. Impiannya untuk mensejahterakan petani akhirnya mendapat dukungan dari Torang, teman lamanya.

Dari luar Torang memang seperti pengusaha sukses padahal, ia baru mengalami kegagalan bisnis hingga miliaran Rupiah dan ia mengunjungi desa untuk mencari ketenangan. Baik Irul maupun Torang keduanya merasa telah menjadi sarjana gagal di mata orangtuanya. Namun Irul memilih untuk tidak terpuruk, ia ingin membuktikan kepada semua orang bahwa mereka dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Sponsored Ad

Ketika semangat membara dan niat sudah terkumpul, mereka mulai bergerak untuk mewujudkan mimpi mereka di bidang agribisnis. Hingga sebuah surat penerimaan kerja sampai di rumah Irul. Ayah dan ibunya sangat bahagia ketika akhirnya Irul diterima kerja di kantor. Ayahnya bergegas membelikan kemeja dan sepatu. Pergolakan batin pun menghantui Irul. Melihat kedua orangtuanya sebahagia itu, ia tidak tega untuk menolak pekerjaan tersebut.

Sponsored Ad

Namun di sisi lain, semangat kedua temannya yang sudah berharap meraih mimpi besar tidak mungkin dipadamkan begitu saja. Apalagi mereka sudah mengeluarkan modal yang cukup besar. Irul memutuskan untuk meneruskan mimpinya menjadi petani dan menentang keinginan ayahnya, “Pak, Irul gak bisa kerja di kantoran seperti yang bapak mau. Irul lebih nyaman jadi petani.

Jelas saja ayahnya marah besar, “Aku tidak sudi punya anak seperti dia! Foto ini tidak pantas dipampang di rumah ini! Aku sudah tidak tahan lagi punya anak sarjana tapi tidak bisa dibanggakan! Disekolahkan tinggi-tinggi tapi tidak pernah ngerti keinginan orangtuamu! Dia bukan anakku lagi!” Pak Suman yang lepas kendali mengambil foto wisuda Irul dan melemparkannya.

Sponsored Ad

Ibunda Irul yang berusaha menenangkan Pak Suman pun gagal dan hanya dapat menangis begitu juga Irul dengan mata yang berkaca-kaca menyaksikan tindakan ayahnya itu. Namun tak lama, Irul berhasil membuktikan bahwa ia dapat membanggakan kedua orangtuanya dan menjadi manfaat bagi banyak orang.

Sponsored Ad

Titel sarjana itu hanyalah formalitas yang paling penting itu pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Terutama buat saya di kampung ini,” ucap Irul saat dirinya diwawancara oleh wartawan. Orangtua Irul yang menyaksikan keberhasilan anaknya langsung terharu hingga terucap kata bangga dari bibir sang ayah yang tadinya tidak mengakui Irul sebagai anaknya lagi.

Kita mungkin pernah melihat kejadian seperti ini, seorang sarjana yang di cap menjadi sarjana gagal atau dibanding-bandingkan dengan orang lain. Cerita Irul ini memberi pesan moral bagi orangtua yang ingin anaknya sukses dan bagi anak-anak yang ingin sukses. Setiap orang mempunyai jalan hidup masing-masing dan juga tingkat kesuksesan berbeda-beda.

Sponsored Ad

Tugas orangtua adalah membimbing anak menjadi orang sukses sesuai dengan impian anak tanpa mengharapkan imbalan apapun. Kejarlah mimpi-mimpi kalian dan buktikan bahwa kalian adalah pribadi yang bermanfaat bagi orangtua juga orang lain. Jangan biarkan halangan rintangan menghentikan langkah sukses kalian.

Sumber : Youtube

Kamu Mungkin Suka