Ana dan Ani adalah saudara kembar dari keluarga Li. Meskipun kembar namun sifat mereka berdua justru bertolak belakang. Ana adalah seorang gadis penurut dan rajin bersekolah, tapi Ani adalah seorang gadis yang suka membangkang dan malas.

Nilai Ana di sekolah selalu bagus dan mendapat pujian dari para guru, selain itu ia juga aktif di berbagai kegiatan dan ekstrakulikuler. Sedangkan Ani nilainya di garis rata-rata bahkan condong ke kurang. Maka tak heran ia sangat iri kepada saudara kembarnya itu.

Ia tidak mengerti mengapa Ana begitu bagus di segala bidang dan dirinya tidak. Setiap hari perasaan ini bercampur emosi selalu menghantui dirinya. Ana tahu kalau Ani suka marah padanya, tapi ia masih sabar menghadapinya asalkan tidak keterlaluan.

Saat masuk kuliah, Ani setiap hari selalu mengeluh kalau dia tidak ingin melanjutkannya. Ia sudah tidak tahan dengan pelajarannya di kelas dan merasa sangat tertekan. Kedua orang tuanya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Akhirnya Ani putus sekolah dan Ana tetap kuliah.

Hingga suatu hari Ani mendapatkan seorang kekasih yang kaya raya. Pria itu adalah seorang pebisnis sukses dan tak lama setelah berpacaran mereka berdua memutuskan untuk menikah. Setelah menikah, Ani pergi meninggalkan rumah dan tak pernah kembali.

Ia tidak ingin melihat Ana lagi dan merasa kalau kini ia jauh lebih berhasil ketimbang saudara kembarnya itu. Ani sudah hidup bergelimang harta dan tidak perlu repot-repot belajar maupun bekerja. Segala sesuatunya sudah disiapkan oleh sang suami.

Jauh di dalam lubuk hati Ana sama sekali tidak iri dengan kondisi Ani saat ini. Justru ia merasa bahagia dan lega karena saudara kembarnya itu memiliki hidup yang baik. Ia sangat menyayangi Ani.

Ana pun memiliki tambatan hati, tapi bukan orang kaya seperti suami Ani. Kekasihnya ini hanyalah seorang tentara. Jadi penghasilannya tidak mungkin sebanyak pebisnis. Tapi Ana bersyukur dengan hidupnya dan tetap menyayangi kekasihnya dengan tulus.

Selang setahun Ana dan kekasihnya pun akhirnya menikah. Tak lama kemudian mereka berdua dikaruniai oleh sepasang bayi kembar perempuan yang sangat lucu. Meskipun sudah menikah, Ana masih tinggal di rumah kedua orangtuanya sehingga kedua orangtuanya sangat senang apalagi ditambah dengan kehadiran dua malaikat kecil ini.

Tahun berganti tahun tapi tidak ada kabar yang datang dari Ani. semua keluarga begitu merindukannya dan berharap kalau suatu hari nanti ia akan pulang ke rumah. Namun semua harapan itu sia-sia belaka karena Ani tak kunjung pulang.

Terbesitlah sebuah ide di kepala sang ibu. Ia ingin membuat cerita kalau dirinya terserang penyakit serius dan ingin Ani pulang. Awalnya ia agak ragu tapi hanya inilah satu-satunya cara agar anaknya itu mau pulang.

Benar saja, setelah ditelepon dan diberitahu demikian, Ani pun pulang ke rumah. Setibanya di rumah ia langsung memeluk ibu dan ayahnya, ia juga memeluk Ana dengan erat. Tangisnya pun pecah seketika sehingga membuat anggota keluarganya itu bingung.

Akhirnya Ani mulai bercerita. “Ibu, ayah..maafkan aku sudah 8 tahun tidak pernah pulang ke rumah. Bukan karena aku tidak ingin, tapi karena aku malu. Sebenarnya aku..aku..aku sudah bercerai.”

Semuanya terkejut bukan main. Mengapa Ani tidak bercerita dan hanya memendamnya seorang diri? Hati ibunya begitu hancur membayangkan anaknya menanggung segala kepahitan ini seorang diri.

Sejak saat itu Ani kembali tinggal di rumah orangtuanya dan ingin menebus kesalahan yang dulu pernah ia perbuat, khususnya terhadap Ana. Ia baru sadar kalau keluarga adalah harta yang paling berharga yang tidak akan pernah tergantikan.

Keluarga satu-satunya orang yang menerima kita apa adanya, orang yang tulus menyayangi kita meskipun sikap kita terkadang menyakiti mereka, orang yang selalu menolong kita di saat sulit. Maka dari itu cintailah keluargamu dan jadikan mereka sebagai prioritas.

Semoga cerita pendek ini bisa menginspirasi kalian yang sudah membacanya yah! Semoga harimu menyenangkan :)

Sumber : foyuan