Namaku Abel, ketika aku menikah dengan mantan suamiku Vincent, aku menghadapi tekanan yang begitu keras dari suami dan ibu mertuaku.

Yang pertama, mertuaku selalu memandang rendah keluargaku. Dari aku kecil, almarhum ayah telah ‘pergi’, makanya aku hanya tinggal dan dibesarkan oleh ibu. Karena keterbatasan tenaga, hal itu yang menyebabkan ekonomi keluarga kami selalu berada di bawah garis kemiskinan.

Kedua, aku adalah seorang model. Karena profesi itulah banyak orang menuduhku sebagai wanita yang tidak benar, apalagi sering mengenakan pakaian yang 'aneh-aneh' di atas catwalk.

Awalnya aku begitu mencintai Vincent. Teringat bagaimana dulu saat ia melamarku. Ia menggunakan cara yang sangat romantis, sampai-sampai membuat aku menangis dan terharu.

Akhirnya kami berdua pun menikah. Di awal pernikahan, hubungan kami terasa bahagia dan sejahtera.

Namun Vincent sempat meminta untuk menunda kehamilanku dulu. “Bisakah kita tunggu sampai 2 tahun menikah, baru kita punya anak? Karena aku belum siap menjadi seorang ayah!” katanya

Aku pun bertanya apa yang menjadi alasannya untuk menunda kehamilanku. Lalu Vincent mulai mengaku jujur bahwa waktu masa kuliahnya, ia pernah menghamili seorang mahasiswi. Karena itu ia menjadi trauma dan memiliki rasa bersalah!

Aku sangat terkejut ketika mendengar berita ini! Di situ hati saya terluka dan kecewa dengan suamiku sendiri.

Di satu sisi, tak lama setelah kami menikah, ibu mertua tinggal di rumahku. Ia mulai menghasut dan meracuni otak suamiku untuk membenciku. Setiap hal apapun yang aku lakukan, pasti selalu salah di mata ibu mertuaku.

Bahkan ia pernah melemparkan uang puluhan juta agar aku dan suamiku bercerai. Herannya suamiku tidak bisa melakukan apa-apa, ia selalu nurut perkataan ibunya dan di situ aku mengajukan surat perceraian.

Setelah aku bercerai, tak lama kemudian aku bertemu dengan pria yang menjadi suamiku sekarang. Kami bertemu melalui situs online.

Tak usah tunggu lama, akhirnya kami menikah dan aku pun hamil. Untungnya suamiku yang sekarang adalah pria yang sangat lemah lembut dan perhatian.

Ketika saya hamil selama 6 bulan, tiba-tiba mantan suamiku mengundang aku untuk datang ke pesta pernikahannya. Aku tahu ini bukanlah saatnya untuk aku balas dendam, tapi aku hanya ingin memberkan setiap kebenaran yang ada.

Aku pun menghampiri Vincent dan calon istrinya, dan aku pun menunjukkan sebuah rekaman video.

Di dalam rekaman video tersebut aku memergoki dirinya sedang masuk hotel dengan seorang wanita.

Bahkan teman-temanku sering melaporkan bahwa ia pernah mengencani seorang mahasiswi. Dan tak lama mahasiswi itu datang ke rumahku dan berkata bahwa ia telah hamil besar karena perbuatan Vincent. 

Dan mahasiswi itu berpesan “tolong bantu aku bertindak, jangan sampai ada korban lagi akibat perbuatan Vincent! Ia adalah pria yang tidak bertanggung jawab!”

Karena hal itulah yang membuatku berani ngambil satu langkah nekad. Aku menunjukkan video tersebut dengan tujuan agar istri Vincent tahu setiap perbuatan buruknya. Dan agar Vincent pun jera!

Setelah mereka selesai menonton video, aku pun mengucapkan selamat kepadanya: “Selamat ya buat kalian, semoga hidup bahagia. Oh ya cent, wanita simpananmu sedang melahirkan anak dari keturunanmu!”

Di situlah aku melihat bahwa wajah istri Vincent sangat pucat. Aku pun balik badan berjalan ke arah luar sambil mendengar mereka bertengkar di atas pelaminan.

"Apakah keputusan yang aku buat itu salah?"

Tulisan dan gambar yang ditampilkan dalam artikel ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Sumber: Clicknews