Ayah Kirim Paket Untuk Putraku. Ketika "Buka Paketnya", Aku Langsung Menangis!

Namaku Yoyo, tahun ini aku sudah berusia 35 tahun.


Aku berasal dari pedesaan yang termasuk miskin. Banyak orang yang langsung bekerja bersama orangtua setelah menyelesaikan SMP, ada juga yang memilih untuk pergi bekerja di kota. Hanya sebagian orang yang memilih untuk melanjutkan studi mereka, tapi yang bisa diterima di perguruan tinggi hanya sedikit.


Sponsored Ad

Untuk mengubah nasibku, aku berusaha keras untuk belajar dan akhirnya kontribusiku terayar. Aku masuk ke sebuah universitas bagus. Orangtuaku sangat bangga kepadaku. Pemerintah desa juga memberiku per bulan 500 ribu untuk biaya hidup.


Aku merasa murid asal kota lebih pintar-pintar. Meski begitu, aku terus belajar dan mengejar ilmu.


Aku hanya pulang di liburan akhir tahun. Sisanya, aku akan tinggal di asrama sambil bekerja paruh waktu untuk mencari nafkah. Ini memang kondisi normal di keluarga kamu. Selain dapat mengurangi beban ekonomi, bekerja dapat menambah pengalaman sosial untuk diri sendiri. Pada akhirnya, aku berhasil lulus kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan lokal yang terkenal.

Sponsored Ad

Mimpiku adalah memiliki sebuah rumah di kota. Bagi seorang mahasiswa, mimpi ini memang sulit dicapai. Tapi setelah 10 tahun bekerja keras, aku dan suami berhasil mempunyai rumah yang kita impikan.


Aku berencana untuk menjemput orangtuaku dari pedesaan. Tetapi, mereka tidak terbiasa dengan kehidupan yang serba cepat di kota sehingga mereka menolak. Baru saja tinggal 2 minggu, mereka sudah minta balik. Mereka juga sangat sayang kepada putraku sehingga kalau ada waktu, aku akan mengunjungi mereka dan menginap 1-2 hari.

Sponsored Ad

Putraku sangat suka ikan buatan ayahku. Setiap kali mengunjungi, putraku pasti minta makan ikan tersebut. Melihat putraku suka, ayahku pun pergi memancing banyak ikan di sungai. Ikan yang dikeringkan itu dipaketkan dan dikirim ke kota. Namun kali ini putraku berkata bahwa kali ini ikannya kurang ada rasa dan banyak tulangnya. Baru makan sedikit, dia sudah tidak mau makan lagi.


Aku pun menaruh paket ikan itu di lemari es. Tunggu aku ada waktu aku baru mau makan. Beberapa bulan kemudian, aku baru ingat dan berniat untuk makan ikan buatan ayah.

Sponsored Ad

Namun tak disangka begitu aku melihat perhatikan isi paket itu lagi, aku sangat kaget. Ternyata isinya adalah uang sebanyak 10 juta rupiah. Aku tak sangka bahwa selama ini mereka mengumpulkan uang untuk aku. Aku langsung menyelesaikan urusan dan membawa putraku pulang mengunjungi mereka.

Mereka benar-benar ayah dan ibu yang baik. Aku sebagai anak harus memb*las jasa mereka.

Sumber: gohealth

Kamu Mungkin Suka