Cuma Digaji 20 Ribu Perhari, Pasangan Ini Hanya Mampu Berikan Bayinya Kopi Tubruk, Sehari Bisa Abis 1,5 Liter

Demi mendapatkan gizi dan nutrisi yang optimal, bayi memang dianjurkan untuk mengonsumsi ASI atau susu formula.

Tetapi tidak dengan bayi perempuan asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat ini.

Kisahnya sempat viral pada September 2019 lalu.

Bayi bernama Hadijah Haura berusia 14 bulan ini malah mengonsumsi kopi tubruk tiap harinya.

Sponsored Ad

Tak tanggung-tanggung, ia bisa minum 1,5 liter kopi tubruk dalam sehari.

Mengandung kafein tinggi yang tak baik untuk bayi, kisah miris ini membuat Dinas Kesehatan bertindak.

Melansir Kompas.com, kebiasaan minum kopi ini telah dilakoni Hadijah Haura sejak usianya masih 6 bulan.

Dalam sehari, Hadijah Haura bisa menghabiskan 4 sampai 5 gelas kopi tubruk atau setara 1,5 liter kopi dengan gula.

Bila dihitung-hitung banyaknya Hadijah Haura konsumsi kopi per hari sejak 8 bulan terakhir adalah sekitar 1200 gelas atau setara dengan 360 liter kopi.

Sponsored Ad

Bukan tanpa alasan, kedua orangtuanya mengaku tak memiliki uang untuk membeli susu.

Kendati ruti mengkonsumsi kopi, kedua orang tua Hadijah Haura mengaku pertumbuhan fisik bayi mereka seperti anak normal lainnya.

Sponsored Ad

Di usianya yang baru 14 bulan, Hadijah Haura tergolong sebagai anak yang aktif.

Saking aktifnya, kedua orang tua Hadijah, Sarifudin dan Anita mengatakan sang anak acap kali membuat mereka tak bisa tidur lantaran sering main sendiri.

Anita dan suaminya, Sarifudin adalah seorang buruh kupas kopra yang hanya memiliki gaji maksimal sehari sekitar Rp 20 ribu.

Jika gajinya dan suaminya digabung, dalam sehari Anita dan Sarifudin hanya bisa mengumpulkan sekitar Rp 40 ribu.

Sponsored Ad

Dengan jumlah uang yang begitu terbatas, Anita mengaku hanya cukup untuk memenuhi dapur kecil keluarganya.

"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu.

Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi," ungkap Anita seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas.com dan Tribun Timur.

Sponsored Ad

Selama ini, Anita dan Sarifudin hanya bisa mengandalkan upah sebagai buruh kupas kopra untuk bertahan hidup.

Bila masuk musim panen, Sarifudin biasanya akan beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya yang lebih besar.

Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra dan itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra.

Bila tak ada bahan bakunya, Sarifudin dan Anita menganggur sampai bahan baku terkumpul kembali untuk diolah.

Sponsored Ad

Sebenarnya, Anita sendiri mengaku tak ingin buah hatinya terus menerus mengkonsumsi kopi seperti ini.

Ia sendiri juga khawatir dengan kesehatan anak semata wayangnya yang dalam masa pertumbuhan tersebut.

Sang anak mulai menunjukkan tanda-tanda kerajingan atau adiktif terhadap kopi.

Sponsored Ad

Bila belum diberikan kopi, Hadijah Haura tidak bisa tidur dan bakal terus merengek sampai diberikan kopi oleh kedua orang tuanya.

"Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” tambah Anita.

Anita mengaku selama ini ia dan suami tak pernah mendapatkan bantuan susu atau asupan gizi dari Dinas Kesehatan setempat.

Melansir Kompas.com, Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polman, Sulawesi mengatakan pihaknya telah mengunjungi bayi tersebut.

Sponsored Ad

Tak hanya memberikan bantuan berupa biskuit dan susu khusus bayi, Dinas Kesehatan juga telah memberikan pemahaman kepada kedua orang tua bayi untuk tidak memberikan kopi lagi kepada anaknya.

Hal ini dilakukan Dinas Kesehatan lantaran khawatir bahwa kopi dengan kandungan gula yang begitu tinggi dapat berefek serius kepada tumbuh kembang sang bayi.


Sumber: grid.id

Kamu Mungkin Suka