Bocah Ini Harus Menjadi Pemikul Kayu di Usia 13 Tahun, Siapa Sangka Cerita Dibaliknya Begitu Menyayat Hati

Kekayaan alam Garut tergambar dari bentangan alamnya yang indah, tanahnya yang subur, gunung-gunung, lautan yang menyimpan kemakmuran persis seperti syair lagu yang dinyanyikan Opik, bocah kelas 4 SDN Indralayang, Garut. Namun sayangnya, Opik dan keluarga masih belum bisa merasakannya. Mereka masih tinggal di rumah yang layaknya disebut gubuk kebun.

Di gubuk ini, Opik tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah renta. Untuk membantu keluarga, setiap hari Opik bekerja serabutan demi Rupiah untuk membeli beras dan biaya sekolah. Memikul balok kayu sepanjang 2 meter dengan berat 15 kg pun ia lakukan. Setelah pulang sekolah, Opik terbiasa membawa kayu sebanyak 5 potong sedangkan di hari libur ia mampu menggotong 13 kayu.

Sponsored Ad

Tak pantas rasanya melihat anak seusia Opik harus menanggung beban seberat itu, walau Opik tidak pernah mengeluh sama sekali. Bagi Opik, beban hidup yang ia rasakan sudah lebih berat dari berat kayu yang dipikulnya. Sejak kecil Opik tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orangtua. Di usia 13 bulan, orangtuanya telah berpisah, ibunya pergi entah ke mana sedangkan ayahnya menikah lagi.

Sponsored Ad

Usia Opik kini sudah 13 tahun, usia yang seharusnya mengenyam bangku SMP namun ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Keterbatasan biaya menjadi alasan keterlambatan Opik bersekolah. Bahkan nenek dan kakeknya yang sakit saja tidak dapat mendapatkan pengobatan yang layak. Jauh di lubuk hati sang nenek, tersimpan keinginan mendasar agar suatu saat nanti Opik dapat melanjutkan sekolah jangan sampai merasakan pendidikan yang kurang seperti dirinya dan ayahnya.

Sponsored Ad

Saat ini Opik hanya ingin melihat kakek neneknya sehat, maka ia berjuang sepenuh tenaga untuk melihat senyuman di wajah sang nenek. Walau ia masih harus kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan mereka sering mengkonsumsi ubi sebagai ganti nasi di saat mereka tidak dapat membeli beras. Demi Rupiah, Opik rela bekerja apapun mulai dari menggotong kayu dan menggembalakan kambing.

Sponsored Ad

Walau tidak semua orang mempercayakan kambing peliharaannya untuk digembalakan oleh seorang anak kecil. Namun dari satu orang saja, Opik sudah bersyukur karena upahnya lebih besar dari sekedar menggotong kayu. Opik percaya kesulitan hidup tinggal akan terus menerus menggelayutinya. Tuhan memberikan cobaan ini untuk menguatkan iman dan menyiapkan masa depan yang lebih indah. Tersenyumlah Opik.


Sumber : Trans TV

Kamu Mungkin Suka