Inilah "3 Alasan" Mengapa Anak Tidak Suka Belajar! #2 Gara-gara Ayah?!

Belum lama ini, seorang ibu mengatakan kepadaku bahwa demi membiarkan anak-anaknya mengerjakan PR, dia harus mendorong, bertepuk tangan dan bahkan menari.


Baru-baru ini, putrinya menjadi tertarik dengan menari dan suka berlatih menari. Suatu hari, ketika putrinya tidak mau menulis PR, sang ibu berkata, "Kalau kamu bisa menyelesaikan PR dalam 10 menit, ibu akan menari depan kamu."

Sponsored Ad

Setelah selesai mengatakan kalimat tersebut, ibu itu tiba-tiba sadar bahwa dia rela melakukan apa saja untuk membuat anaknya melakukan apa yang dia mau.


Sebenarnya dia hanya berharap anaknya mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan fokus menulis pekerjaan rumah.

Sponsored Ad

Dia ingin anaknya segera menyelesaikan pekerjaan rumahnya agar sang anak bisa beristirahat dengan baik.

Di satu sisi, dia berharap agar anak-anak tidak terlalu tertekan dalam belajar. Di sisi lain, dia juga berharap anak-anak mereka belajar dengan benar agar memiliki masa depan yang baik.

Ibu itu bingung apalagi yang harus dia lakukan agar anaknya mau belajar. Semakin hari, syarat agar anak menulis PR semakin besar.


Sebenarnya, kegagalan dalam pendidikan anak tidak dapat dipisahkan dari 3 alasan berikut ini: Anak kurang berusaha, ayah tidak berkontribusi, dan ibu menggunakan kekerasan.

Sponsored Ad

1. Anak kurang berusaha

Anak-anak jaman sekarang seperti bunga rumah kaca. Banyak sekali kasus anak-anak yang dimanjakan. Banyak anak-anak selalu suka menggunakan orang tua sebagai alasan: Ibu tidak kasih saya ngeles; Lingkungan membuat saya susah belajar, orang tua saya saja belum lulus sekolah dasar, mengapa saya harus belajar?!


Terlepas dari metode yang digunakan dalam pendidikan, jika anak kesadaran diri anak tidak terbangun, maka orang tua harus bekerja lebih banyak lagi untuk membantu anak.

Sponsored Ad

2. Ayah tidak berkontribusi

Di mata banyak ayah, mendidik anak sama dengan menikmati bunga. Jika terpikirkan tentangnya, kamu baru melihatnya. Jika tidak terpikirkan, maka kamu tidak akan melihatnya. Selain itu, ayah juga merasa bahwa ini adalah pekerjaan ibu.


Ibu akan mendidik anak secara keseluruhan. Sedangkan ayah biasanya hanya melihat atau ikut sedikit bagian saja. Keluarga yang baik adalah ayah mencintai ibu. Pendidikan yang baik adalah ayah mendukung ibu. Itulah mengapa ayah juga harus berkontribusi dalam pendidikan anak.

Sponsored Ad

3. Ibu terlalu keras

Anak kurang berusaha, ayah tidak berkontribusi, guru memberi tekanan yang besar. Dalam lingkungan seperti ini, anak dapat merasa tertekan secara emosional.

Hal ini menyebabkan faktor ketiga dalam kegagalan pendidikan: ibu menggunakan kekerasan.


Menggunakan kekerasan hanya dapat membuat anak frustasi, minder dan merasa tertekan. Ini adalah cara yang sangat tidak efektif. Pendidikan tidak bisa menggunakan kekerasan.

Kita perlu membiarkan anak menulis PR mereka sendiri. Mengembalikan tanggung jawab pekerjaan kepada ayah. Setiap orang dalam keluarga memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Ini baru dasar dari keluarga yang harmonis.

Yuk, SHARE dan LIKE!

Sumber: dauntlessboy

Kamu Mungkin Suka