Saat Hari Ibu, Ia Malah Menulis Karangan Tentang Ayahnya, Isinya Bikin Berurai Air Mata

Pada dasarnya, tidak ada orangtua yang tidak merawat anak-anaknya dengan baik. Bahkan hewan pun mengerti bagaimana cara merawat dan melindungi anaknya.

Begitu juga yang dilakukan oleh Pak Akong yang memiliki seorang anak perempuan. Ia adalah orangtua tunggal dari Inke yang kini sedang duduk di bangku SMA. Untuk menyambung hidup, Pak Akong bekerja sebagai tukang kebun di sekolah tempat Inke belajar. Siang itu, seperti biasa Pak Akong sedang bekerja menyapu kebun.

Sponsored Ad

Tiba-tiba sekretaris kepala sekolah memanggil-manggilnya, “Pak Akong, Pak Akong dipanggil ibu kepala sekolah. Segera, sekarang juga, cepetan.” Dari nada sekretaris itu, mungkin Pak Akong akan ditegur oleh kepala sekolah. Ia pun segera bergegas menuju ruangan kepala sekolah. “Mari masuk Pak Akong, silakan duduk,” ucap ibu kepala sekolah dari ruangannya.

Sponsored Ad

Pak Akong, coba baca ini. Ini adalah karya dari Inke,” lanjut ibu kepala sekolah. “Maaf bu, kalau saya atau Inke ada berbuat salah. Saya selalu merasa berhutang budi kepada ibu karena sudah mengizinkan Inke sekolah di sini,” ucap Pak Akong dengan perasaan tidak enak.

Ibu kepala sekolah menanggapi pernyataan Pak Akong dengan sabar, “Pak, Inke bisa sekolah di sini, karena Inke anak yang pandai dan bapak bekerja di sini, bapak sudah bekerja dengan baik.

Sponsored Ad

Ini adalah karangan Inke tentang Hari Ibu. Karangannya sangat bagus sekali,” ucap ibu kepala sekolah sambil menyodorkan selembar kertas milik Inke. Tak lama, Inke juga masuk ke ruangan ibu kepala sekolah dan terkejut melihat ayahnya sudah terlebih dulu ada di ruangan. “Ibu memanggil saya? Loh papa?” Inke terlihat sangat kaget.

Sponsored Ad

Iya. Inke ini adalah karangan kamu tentang Hari Ibu. Karanganmu bagus sekali, bisa baca buat papamu?” tanya ibu kepala sekolah. “Oh iya bu,” jawab Inke.

Ibuku. Hari ini kami mendapat tugas menulis tentang Hari Ibu. Karena itu, aku ingin menceritakan sosok seorang ibu yang luar biasa di hidupku. Saat aku lahir, ibu meninggalkanku dan papa untuk selamanya. Papa adalah orang pertama dan satu-satunya yang menggendongku saat itu.

Papa sejak saat itu selalu menjaga dan mengasuhku sampai detik ini. Papa punya satu keunikan, dia selalu mengatakan ‘tidak suka pada makanan kesukaanku’ dan menyuruhku segera menghabiskan makanan itu. Suatu saat aku sadar, itu adalah pengorbanannya untuk dapat melihatku makan dengan bahagia.

Sponsored Ad

Papa adalah sandaran hidupku, dia yang melakukan peran ganda dalam hidupku sebagai seorang ayah dan seorang ibu yang rela bangun tidur lebih awal hanya untuk menyiapkan bekalku, mengantarku ke sekolah, dan pada saat aku sedih, dialah tempatku mengadu. Andai kata cinta dan perhatian menggambarkan karakter utama seorang ibu, maka gambaran itu sesungguhnya sangat sesuai untuk papa.

Sponsored Ad

Bila belas kasihan menggambarkan karakter seorang ibu, papaku pun memilikinya dan jika kerelaan berkorban adalah karakter terkuat seorang ibu, papaku sudah berkorban sejak aku dilahirkan. Bila kriteria seorang ibu dinilai dari cinta, belas kasihan, dan pengorbanan, maka papa adalah sosok ibu yang terbaik.

Pada Hari Ibu ini, aku berharap agar papa terus bahagia dan sehat. Aku sangat menghormatinya dan dengan bangga mengatakan bahwa tukang kebun di sekolah ini adalah papaku. Terima kasih papa.” Ruangan itu dipenuhi rasa haru setelah Inke selesai membacakan karangan itu.

Sponsored Ad

Pak Akong, Inke adalah putri yang patut anda banggakan,” ucap ibu kepala sekolah. “Tidak bu, papa yang patut dibanggakan, tanpanya saya bukanlah apa-apa,” tepis Inke. Sudahkah kamu mengucapkan terima kasih untuk ayah dan ibumu? Oleh karena pengorbanan yang mereka lakukan hingga kamu mencapai kesuksesan.  


Sumber : Facebook

Kamu Mungkin Suka