Ain adalah seorang gadis belia dari keluarga broken home. Saat Ain kecil, tiba-tiba ayahnya meninggalkan Ain dan ibunya begitu saja sehingga Ain sangat membenci ayahnya. Setelah tidak ada kabar berita selama beberapa tahun, ayah Ain menghubungi lagi dan mengajak Ain berkemah. Siapa sangka di sela-sela perbincangan sebuah rahasia besar terungkap dan membuat perasaan Ain bercampur aduk.

‘Halo, Ain, minggu depan ayah mau berkemah. Kamu ikut ya?’ tanya ayah di ujung telepon sana. ‘Kenapa harus kemah, kenapa gak pergi ke tempat lain aja?’ tanyaku balik. ‘Pokoknya siap-siap aja. Nanti ayah jemput,’ ucap ayah. Hari itu pun tiba, ayah menjemputku dan kami pergi ke tempat kemah.

‘Kamu sudah punya pacar?’ tanya ayah. ‘Gak,’ jawabku tegas. ‘Tapi kalau naksir cowok, pernah kan?’ tanya ayah lagi. ‘Ya pernah lah. Ada sih temen sekolahku tapi gak kenal dia. Tapi cuman sebatas suka aja,’ jawabku. Pembicaraan kami pun mencair dengan sendirinya. Dari yang tadinya canggung, ayah berhasil membuatku bercerita.

Malam hari pun tiba, kami berdua masih menikmati dinginnya udara dan suasana hening di perkemahan. Tiba-tiba aku melontarkan pertanyaan, ‘Ayah gak kangen sama ibu?’ Namun ayah hanya diam sambil menyalakan api unggun. ‘Oh iya kamu jadi kan tinggal sama ayah? Ayah lagi mengurus surat-suratmu dan ada juga sekolah yang cocok buat kamu,’ ucap ayah mengalihkan pertanyaanku.

‘Tumben? Biasanya juga sibuk sendiri. Kenapa ayah ngejauh dari?’ tanyaku. ‘Ain, ada hal-hal yang tidak bisa kamu pahami tentang hubungan ayah dan ibu,' ucap ayah. ‘Aku masih bingung, beberapa tahun lalu kita masih baik-baik aja. Ayah sama ibu juga masih bareng-bareng. Main bareng, jalan bareng. Terus tiba-tiba ayah pergi gitu aja, ninggalin aku sama ibu bertahun-tahun. Jujur ya, saat itu aku benci sama ayah,

Aku gak ngerti kenapa orang bisa jatuh cinta, memutuskan hidup bersama, tapi akhirnya malah jadi kayak orang gak kenal,’ ucapku. ‘Belum saatnya kamu mengerti,’ jawab ayah. ‘Aku ngerti kok! Ayah emang gak pernah ngerti perasaan ibu! Kenapa ayah gak maafin ibu?’ ucapku marah. ‘Ayah sudah maafkan Ain, semuanya,’ jawab ayah. ‘Kalau ayah sudah maafin ibu, kenapa ayah gak dateng ke pemakaman ibu?!’ tanyaku.

‘Ain, menurutmu apakah salah, apabila orang yang berpasangan dan salah satu pasangannya menyimpan rahasia bertahun-tahun, dan tiba-tiba ia menjelaskan dengan begitu saja. Sayangnya, pasangannya itu tidak bisa terima dan ia pergi untuk melupakan semuanya.’ ucap ayah. Namun aku yang sudah tidak sabar meminta ayah untuk segera menjelaskan kepada inti masalahnya.

‘Beberapa hari sebelum pernikahan ayah dan ibumu. Ibu pergi dengan mantannya dan dia menceritakan dengan begitu saja tanpa rasa bersalah. Pantas saja, malam pertama..’ lanjut ayah. ‘Kenapa ayah gak bawa aku? Maksud ayah apa?’ tanyaku gusar. ‘Ain, kamu bukan anak ayah.’ Kalimat itu menusuk hatiku dan meruntuhkan perasaanku. Ternyata selama ini aku telah salah menilai ayah dengan sembarangan padahal ibu yang telah melakukan kesalahan itu. Mengkhianati cinta ayah sehari sebelum pernikahan.

Mungkin jika aku jadi ayah, aku akan meninggalkan ibu namun ayahku bersedia menanggung diriku yang saat itu sudah berada dalam rahim ibu. Kini ibu sudah tidak dapat memperbaiki kesalahannya lagi kepada ayah, namun aku akan berusaha sebaik mungkin memperbaiki kesalahan ibu.

Sumber : Viddsee