Tinggal terpisah dengan anak pasti membuat hati orangtua sedih. Seperti yang dialami oleh Robert, seorang ayah yang sudah lama tinggal terpisah dengan putranya. Di hari ulang tahun putranya ini, ia menuliskan surat permintaan maaf untuk anaknya.

“Nak, apa kabar? Selamat ulang tahun, nak. Maaf, hanya ini yang bisa ayah berikan. Sudah setahun sejak ayah meninggalkan kamu dan ibumu. Maafkan ayah tidak pernah jadi ayah yang baik buat kamu. Ayah sudah menjadi ayah yang pengecut dan tidak bertanggung jawab untuk mendukung kamu.

Karena ayah punya keluarga lain lalu ayah menelantarkan kamu dan dibutakan pada kenyataan. Ayah juga tidak mempertimbangkan betapa sulitnya ibumu membesarkanmu sendirian. Ayah tidak pernah memikirkan kamu sebagai anak ayah. Kamu masih terlalu kecil untuk tahu semua ini tapi kamu perlu memahami semuanya.

Maafkan ayah, nak. Maafkan segala kekurangan ayah. Selama kamu hari-hari itu, saat kamu membutuhkan ayah. Sekarang bagaimana kabarmu, nak? Ayah akan di sana, di hari ulang tahunmu. Ayah bawa hadiah buatmu, mobil mainan. Menurut ibumu, kamu suka sekali mobil mainan. Apalagi mobil mainan ini bagus, ayah membelinya di mall.

Ibumu banyak bercerita tentang semua yang kamu suka. Ayah tahu, ayah banyak kesalahan kepada kamu dan ibumu. Ayah juga tidak bisa memaafkan diri sendiri. Ayah ingin peluk kamu, setidaknya, ayah ingin memandangmu walau hanya sebentar. Maafkan ayah, nak.” Akhirnya Robert tiba di tempat putranya terbaring. Pemakaman.

Ia mendekap foto putranya sambil menangis dan terus meminta maaf. Penyesalan Robert sangat jelas karena ia tidak dapat mendengar suara anaknya lagi, tidak dapat memeluk, dan melihatnya tumbuh dewasa. Penyesalan selalu datang ketika kita tidak memberikan yang terbaik untuk orang-orang terdekat kita saat mereka masih ada. Maka, teruslah lakukan yang terbaik setiap saat dan anggap hari ini seperti hari terakhir.

Sumber : Viddsee