Pacaran adalah awal dari hubungan sepasang kekasih, dan pernikahan adalah perjalanan panjang untuk menguji cinta dua orang.

Banyak orang yang malah dipisahkan saat pernikahan, penyebabnya bukan karena perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, tetapi karena perbedaan kebiasaan.

Contohnya saja sepasang kaos kaki kotor yang dilempar ke atas sofa bisa menyebabkan kehancuran sebuah pernikahan.

Siapa yang harusnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga? Apakah kamu pernah bertengkar karena masalah pembagian pekerjaan rumah?

Menurut data survei pada tahun 2007, dimana 62% orang percaya bahwa berbagi pekerjaan rumah tangga akan membuat hubungan suami istri semakin harmonis.

Dapat dilihat bahwa urusan rumah tangga yang kecil ini sangat penting untuk kebahagiaan pernikahan.

Baru-baru ini ada seorang suami mengeluh masalah rumah tangganya:

Namaku Roy, aku sering pulang kerja jam setengah 12 malam. Sedangkan istriku juga bekerja di sebuah perusahaan, dan biasanya ia pulang maksimal jam 10 malam. Tapi ketika istriku sampai rumah, ia jarang melakukan pekerjaan rumah tangga, apalagi mencuci baju.

Istriku juga jarang memasak, biasanya aku yang selalu mencuci piring setelah makan malam. Namun lama kelamaan aku kesal dengannya, karena seharusnya ini adalah tugas seorang istri.

Pertanyaannya bagaimana aku bisa berkomunikasi dengan istri dan membiarkan dia memahami kewajibannya sebagai istrinya? Agar ia bisa lebih rajin dan membuat kehidupan keluargaku lebih indah.

Dalam ringkasan ceritanya, pria ini menitikberatkan 2 poin:

1. Ia beranggapan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tugas istri.

2. Jika istri bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik, maka kehidupan keluarga akan lebih harmonis.

Gagasan suami ini bukanlah gagasan yang benar. Karena pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab istri.

Anehnya, banyak wanita juga yang mau menerima gagasan ini dan bekerja sepenuhnya demi mengurus rumah tangga.

Survey mengatakan wanita menghabiskan 22% waktunya untuk melakukan 67% pekerjaan rumah, sementara pria menghabiskan 18% waktunya untuk melakukan 33% pekerjaan rumah.

Hal ini menyebabkan kesenjangan antara pria dan wanita dalam urusan rumah tangga jadi cukup besar.

Dalam kehidupan, kita sering melihat:

Mencuci pakaian, memasak, mencuci piring, membersihkan kamar, mengepel lantai, membesarkan anak-anak, merawat orang tua, dll, semua adalah kewajiban istri.

Jika seorang istri tidak bersedia melakukan pekerjaan rumah, pasti ia akan dibilang seorang istri yang malas dan tidak bertanggung jawab.

Beberapa orang beranggapan bahwa pria harus menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga, sehingga dengan kata lain pria tidak punya waktu untuk mengurus pekerjaan rumah.

Tapi jika pria memiliki sedikit waktu untuk bekerja dan penghasilan yang tidak banyak, maka ia harus melakukan lebih banyak pekerjaan rumah tangga. Benarkah ini permasalahannya?

Jawabannya TIDAK!

Beberapa sarjana telah melakukan studi tentang pembagian kerja rumah tangga.Hasilnya mengejutkan! Ketika pria mendapatkan lebih banyak uang daripada istri mereka, kesediaan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga akan menurun.

Dengan kata lain, ketika pria bukan andalan penghasilan keluarga, mereka mungkin kurang mau berbagi pekerjaan rumah tangga yang lebih banyak.

Beberapa pria juga mengatakan bahwa suami yang melakukan pekerjaan rumah, menandakan ia memiliki status yang rendah dalam keluarga.

Sutradara terkenal Ang Lee adalah contohnya.

Sebelum Ang Lee terkenal, istrinya bekerja di luar rumah sedangkan Ang belajar membuat film di rumah. Sehingga semua pekerjaan rumah ia yang kerjakan, bahkan ia juga yang mengurus anak.

Pada suatu hari saat Ang menemani istrinya makan siang, ada seorang teman bertanya pada istrinya “suamimu sangat baik, ia masih menyempatkan waktu untuk membeli makanan bersamamu!”

Lalu istri Ang berkata “Hari ini adalah hari yang langka kalau ia mau menemaniku makan!”

Akhirnya Ang berhasil menjadi sutradara terkenal, ia pun jadi jarang pulang ke rumah, apalagi mengurus pekerjaan rumah tangga.

Ia pun sempat memenangkan penghargaan sebagai sutradara terbaik, dan istri Ang kembali berkomentar “Tidak peduli seberapa banyak penghargaan yang kamu dapatkan, kamu harus tetap mengerjakan pekerjaan rumah!”

Bagi istri Ang, pekerjaan rumah dan status sosial tidak ada hubungannya, dan juga tidak ada hubungannya dengan gender. Mengurus pekerjaan rumah tangga mewakili cinta diantara keluarga.

Pembagian prinsip kerja rumah tangga bukanlah kewajiban satu pihak, tetapi tanggung jawab bersama. Jangan bergantung pada siapa yang mengerjakan, tapi mari berinisiatif menanggung keluarga secara bersama.

Bagaimana pandangan tentang pria yang melakukan pekerjaan rumah?

Faktanya, pria tidak perlu banyak alasan untuk tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Jangan menganggap pria tidak ahli dalam mengerjakan pekerjaan rumah, tapi pekerjaan rumah ibarat bisnis keluarga yang harus dikelola seumur hidup.

Tapi beberapa orang ada yang bertanggapan, suami yang baik tidak akan pernah membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah.

Mengapa bisa keluar perkataan demikian?

Sebuah contoh dari cerita Tono yang kedatangan seorang tamu. Saat tamu itu datang, Tono berkata “Tunggu sebentar ya, aku selesaikan dulu cucian piringnya!”

Temannya pun berkata “Aku kagum karena kamu mau membantu istrimu. Dulu aku pernah membantu istri melakukan pekerjaan rumah, namun ia tidak berterimakasih padaku. Sejak saat itu aku tidak mau membantunya lagi!”

Lalu Tono menjelaskan “Sebenarnya istriku tidak memerlukan bantuanku sama sekali, tapi yang ia butuhkan adalah pasangan. Aku tidak sedang membantu siapapun dalam pekerjaan rumah ini, karena aku adalah bagian dari keluarga ini!”

Pekerjaan rumah tangga tidak pernah menjadi kewajiban individu, tetapi merupakan tanggung jawab suami dan istri. Kontribusi dari satu pihak harus dihormati dan diakui, serta dibantu.

Pria bukan tamu keluarga, tapi pria adalah tuannya.

Jika istrimu melakukan pekerjaan rumah, suami harus mengucapkan terimakasih kepada istri yang membayar semua ini. Jangan mengabaikan setiap hal kecil yang istri telah lakukan, ini adalah saat yang tepat merefleksikan dirimu.

Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang bisa menikmati hal-hal sepele dari hidup dan bisa menjalani hidup secara bersama.

Pernikahan yang penuh cinta bisa membuat hal yang membosankan menjadi bermakna.

Jika suami menempatkan istri di atas hatimu, mengapa suami tidak bersedia melakukan pekerjaan rumah?

Pernikahan terbaik adalah ketika suami istri saling mengenal dan saling peduli. Di saat satu pihak tertekan, maka satu pihak lainnya akan merasakan dan memahami.

Karena setelah menikah, kata "aku" akan selalu menjadi "kita".

Sumber: Foyuan