Dijuluki Pantai Terkotor Dunia, Ia Habiskan 595 Hari Bersihkan 5000 Ton Sampah di Sana. "Transformasinya" Kemudian Bikin Pengunjung Berbondong-bondong Datang!

Langit biru terhampar luas di depan mata..

Angin yang berhembus menerpa wajah dengan lembut,

Deburan ombak terdengar seperti alunan musik yang merdu.

Hangatnya sinar matahari bagaikan dipeluk kehangatan dunia.

Inilah yang diharapkan bisa dinikmati Afroz Shah saat membeli rumah di pantai Versova 3 tahun lalu. Afroz Shah adalah seorang pengacara yang berumur 34 tahun.

Sponsored Ad

Awalnya ia ingin menikmati pemandangan laut dan menikmati hidup dengan santai. Namun ekspetasinya jauh berbeda dengan realita yang dihadapinya.

Pemandangan yang dilihat dari rumah barunya bukanlah pemandangan pantai yang indah, tapi pantai yang penuh dengan timbunan sampah. 

Sponsored Ad

Yang mengapung di laut adalah sampah, dan yang terdampar di pantai adalah sampah, dimanapun dia berpijak, semuanya adalah sampah. 

Bisa dibilang tempat ini sudah tidak layak disebut sebagai pantai, tapi tempat penampungan sampah.

Sponsored Ad

Pantai Versova di Mumbai, India telah dianggap sebagai pantai terkotor di dunia. Sampah-sampah menggunung dan membentang di garis pantai. Lautan sampah itu telah tertimbun bertahun-tahun. Yang paling parah adalah, warga sekitar tidak peduli dengan kondisi ini dan membuang sampah di sini.

Warga sekitar secara tidak resmi sudah menganggap pantai ini sebagai tempat pembuangan sampah. Ditambah lagi, sampah-sampah dari berbagai penjuru dunia juga terbawa ombak dan terdampar di sini.

Sponsored Ad

Afroz Shah yang melihat pemandangan menyedihkan ini lantas terkejut dan mulai memutar otak.

Kebanyakan orang bila mengalami kejadian ini pasti memilih pergi dan pindah rumah ke tempat yang lebih baik. Atau juga akan berpura-pura tidak melihat dan mengacuhkannya.

Sponsored Ad

Namun Afroz tidak berpikir demikian. Bagi dia, pantai ini adalah bagian dari rumahnya. Ia pun memutuskan untuk membersihkan sampah-sampah ini.

Sebagai pengacara, dia bisa mengatasi masalah ini secara hukum. Namun dia tahu bahwa cara ini tidak efektif dan membutuhkan jangka waktu lama sampai pemerintah bergerak. 

Sponsored Ad

Oleh karena itu, dia pun menggunakan cara yang lebih realistis. Dia memakai sarung tangan, dan mulai membersihkan sampah-sampah setiap akhir pekan.

Sponsored Ad

Gila sekali bukan?
Sampah-sampah ribuan ton ini begitu banyak dan melelahkan, ia bahkan tidak digaji untuk membersihkan, lantas bagaimana dia bisa bertekad begitu keras untuk membersihkannya?

Dia tidak mempedulikan cemooh orang-orang dan tak hentinya bekerja. 

Asalkan melihat sampah, maka dia akan memungutnya.

"Aku ingat dengan jelas, hari pertama memungut sampah, aku berhasil mengumpulkan 5 karung besar sampah."

Lalu, tetangganya juga mulai tergerak untuk ikut membersihkan sampah. 

Sponsored Ad

Dua orang lelaki ini, dengan dua pasang tangan dan 1 kantong sampah, mengelilingi pesisir pantai mengumpulkan sampah.

Inilah permulaan dari perjuangan Afroz untuk membersihkan pantai ini. Hanya 2 orang.

Selain sampah di permukaan, sampah-sampah yang sudah tertimbun di pasir juga akan mereka angkat dan kumpulkan. Bila tidak bisa dicabut, mereka akan menggunakan cangkul untuk menggalinya.

Sponsored Ad

Karena terharu oleh perjuangan mereka, semakin lama semakin banyak orang yang tergerak untuk ikut membersihkan sampah tanpa pamrih.

Ada yang pekerjaannya hanya buruh biasa, ada yang karyawan kantor, ada juga yang masih sekolah, bahkan ada juga bintang bollywood yang turut terjun dalam misi ini.

Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit..

Hanya dalam beberapa bulan, tim pembersihan pantai ini sudah ada seribu lebih sukarelawan.

Media lokal dan internasional bahkan mulai berdatangan untuk meliput gerakan sukarelawan ini. Gerakan ini disebut sebagai "gerakan pembersihan pantai terbesar sepanjang sejarah".

Walaupun hanya ada beberapa truk pengangkut kecil, setiap sukarelawan terlihat bekerja dengan sangat semangat. Mereka tidak mengeluh sama sekali dan hanya berharap pantai indah mereka bisa kembali seperti dulu.

Selain membersihkan sampah, Afroz juga memimpin sukarelawan menanam 50 pohon kelapa dan membersihkan 52 toilet umum di pantai. 

52 toilet umum ini dipakai oleh 15.000 masyarakat miskin di sekitar. Afroz berharap mereka dapat tinggal di lingkungan yang lebih baik dan bersih.

Suatu kali, saat sedang membersihkan sampah, Afroz melihat sekelompok orang duduk di tepi pantai sambil minum-minum. Setelah minum, dengan seenaknya mereka melempar botol dan kaleng minuman mereka. Sampah-sampah yang dibawa mereka juga dibuang di pantai itu. Afroz ingin memungutnya, namun malah dimarahi dan diteriaki orang-orang mabuk itu.

"Kalian pungut, kami buang!"

Afroz berusaha untuk berbicara baik-baik dengan mereka, namun mereka malah mengambil kayu dan mengancam akan menggunakan kekerasan.

Kejadian ini membuat Afroz menyadari 1 hal yang penting dalam pembersihan ini. 

Sampah yang banyak bukanlah masalah yang terbesar,

kesadaran masyarakat terhadap lingkunganlah yang merupakan masalah terbesar pantai ini.

Untuk menyelesaikan masalah ini, dia harus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.

Dia dan relawan lainnya mulai mendatangi rumah-rumah penduduk sekitar untuk melakukan penyuluhan. 

Sampah-sampah yang berserakan di pantai, sebagian adalah sampah-sampah plastik dari warga-warga sekitar. Afroz mengajak mereka untuk lebih cinta lingkungan, membawa sampah plastik mereka ke tempat daur ulang. Warga bahkan dibayar 5 rupee (sekitar 1000 rupiah) untuk setiap kilogram sampah plastik.

Perjuangan kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Dalam waktu 595 hari, hampir 2 tahun, pantai sepanjang 2,5 km itu telah bersih dari sampah berserakan. Total sebanyak 5000 ton ( 5 juta KG) sampah telah diangkat dari pantai itu.

Pohon kelapa sudah mulai tumbuh tinggi, angin yang berhembus di pantai juga sudah tidak berbau sampah lagi.

Setiap sudut pantai sudah bisa dinikmati keindahannya.

Harapan Afroz yang kedengarannya tidak mungkin ternyata sudah diwujudkannya. Kini orang-orang sudah bisa kembali bermain ke pantai ini dan anak-anak sudah bisa bermain di pasir.

Apalagi, ada pengunjung yang menyadari 90 ekor penyu hijau di pantai tersebut. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan!
Penyu hijau adalah binatang yang hanya memilih pantai bersih untuk bertelur. Sejak pantai Versova ditumpuki sampah, warga lokal sudah 20 tahun lamanya tidak pernah melihat penyu lagi. 

Aksi Afroz pun membuat dirinya diberi penghargaan "Champion of The Earth Award" pada tanggal 3 Desember 2016 lalu.

Tentu saja perjuangan Afroz tidak selalu berjalan mulus. Setelah pantai kembali bersih dan indah, tiba-tiba badai besar datang dan memporak-poranda seisi kota dan juga pantai selama 3 hari.

Kurang lebih 500 ton sampah dibawa ombak masuk kembali ke pantai dan kota. Dalam sekejap kota Mumbai dipenuhi bau sampah dan amis yang menyengat.

Kondisi yang parah ini juga menarik perhatian dunia. Banyak media yang memberitakan mengatakan bahwa ini adalah balasan dari alam terhadap manusia.

Para peneliti berpendapat bahwa pembersihan pantai bukanlah cara yang efektif untuk membersihkan pencemaran ini. Sekali air pasang datang, air laut akan membawa banyak gelas plastik, botol, sedotan dan jaring ikan bekas kembali ke pantai.

Banyak orang yang mulai putus asa berpikir, apakah semua usaha pembersihan ini sia-sia?

Jawabannya, tentu saja tidak.

Justru karena ada kegiatan pembersihan seperti ini, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dapat tumbuh dan meningkat. 

Kegiatan pembersihan ini sangatlah bernilai dan dapat membuat masyarakat kembali menghargai kebersihan lingkungan.

Setiap sampah yang dipungut bisa membuat manusia tahu bagaimana besarnya dampak pencemaran terhadap bumi ini.

Mereka bisa melihat bagaimana sampah plastik menyebabkan banyak binatang laut mati. Dengan mengalami dan melihat sendiri, mereka akan tergerak dan sadar.

Saat manusia mulai menyadari pentingnya membersihkan lingkungan, mereka dapat memulainya dari diri sendiri, dan lambat laut akan mempengaruhi banyak orang.

Afroz Shah yang menghadapi tantangan ini tidak pernah menghentikan pekerjaannya. Walaupun laut akan membawa sampah kembali ke pantai, dia tak akan berhenti melakukan pembersihan pantai.

Setiap minggunya, dia tetap melakukan aksi pembersihan dan terus meng-update kegiatannya di internet.

Membersihkan lingkungan bukanlah aksi yang hanya dilakukan dalam waktu singkat saja, apalagi bila hanya bergantung pada seseorang ataupun beberapa organisasi.

Bila lingkungan kita sudah sakit, setiap dari kita harus mengulurkan tangan kita untuk beraksi.

Kurangilah penggunaan plastik dan janganlah membuang sampah sembarangan.

Kamu tidak tahu bahwa, satu aksi kecil dari kamu punya dampak besar terhadap lingkungan.

Salut yah dengan Afroz!

Sumber: bear

Kamu Mungkin Suka