Salahkah "Menolak Perceraian" Demi Anak? Ketika Tahu "Alasannya", Aku Pun Sadar!

Ruth adalah seorang ibu yang sudah menjalani pernikahan selama 20 tahun.


Namun pernikahan yang ia lalui tidak semulus yang ia bayangkan. Ia sering bertengkar dengan suaminya dan mengakibatkan akar yang buruk bagi pernikahannya.

Sponsored Ad

Keduanya sering melakukan perang dingin bahkan tak jarang melontarkan kalimat perceraian.


Tapi mereka tidak berani melangkah, karena keduanya sudah memiliki anak-anak.


Satu sisi, Ruth khawatir jika perceraiannya mempengaruhi perkembangan anaknya. Namun di sisi lainnya, ia tak bisa terus bersabar dalam pernikahan yang berantakan.

Sponsored Ad

Jadi pada akhirnya, apakah baik mempertahankan pernikahan demi anak?

Dalam masyarakat tradisional, kebanyakan orang akan menjaga keutuhan keluarga demi anak-anak.


Namun dalam hal ini perceraian tampaknya menjadi pilihan terbaik.

Sponsored Ad

Alasannya sederhana: karena suasana hati orangtua yang buruk juga mempengaruhi perkembangan anak-anak. Jadi buat apa dipertahankan?


Apakah bedanya keluarga lengkap, namun orangtua selalu bertengkar setiap hari? Apakah keluarga seperti ini benar-benar memberikan pertumbuhan baik bagi anak-anak?

Sponsored Ad

Jika seseorang berani membuat pengorbanan besar demi mencapai sesuatu, mudah baginya untuk mendapatkan pemulihan di masa depan.


Namun seringkali, saat seorang ibu sudah bercerai dan memutuskan untuk membesarkan anaknya seorang diri, ia akan menjadi seorang yang suka 'mengekang'

Sponsored Ad

Jika anak itu tumbuh seperti yang diharapkan sang ibu, maka tentu saja hal itu baik. Namun jika anak malah mengambil jalannya sendiri dan sangat berbeda dengan harapan ibunnya, kebanyakan ibu cenderung meresponi "saya sudah bekerja keras untuk membesarkanmu seorang diri, kenapa kamu bisa melakukan hal ini? Apa bedanya kamu dengan ayahmu?"


Dibalik kalimat itu, seorang anak bisa mengerti bahwa pengorbanan yang ibu lakukan sudah banyak, makanya anak harus membayarnya kembali.

Sponsored Ad

Sebagai orangtua, janganlah bergantung pada anak demi mengisi ketidakpuasan hati. Sekalipun seorang ibu tidak berbicara langsung atau memaksa, tetapi suasana hati dan rumah rumah, tetap akan menghasilkan 'beban' yang tak terlihat bagi anak.

Jadi, seringkali orangtua beranggapan 'apa yang dianggap baik demi anak', malah sebenarnya tidak baik untuk pribadi anak sendiri.

Sebelum menjadi ibu yang baik, terlebih dahulu harus menjadi wanita yang bahagia.

Sponsored Ad


Menjadi orangtua yang penuh energi positif dapat membawa hal-hal positif kepada anak. Dapat memberi rasa aman untuknya, mengajarkan kepadanya untuk berani mengeksplorasi hal baru, membiarkan dia berkembang dengan bebas, dan membiarkan dia menjalani kehidupan yang percaya diri dan berani.

Hanya ibu yang benar-benar bahagia, baru bisa menghasilkan generasi yang baik.

Sponsored Ad

Jika hubungan antara suami dan istri harmonis, sangat baik untuk memberikan anak sebuah rumah, yang lengkap dengan cinta kasih di dalamnya.


Namun jika orangtua malah memutuskan untuk bercerai, ada kemungkinan bahwa rumah itu malah diisi dengan kekerasan dan kerusakan emosinal. Hal ini bisa menyebabkan bahaya buruk bagi generasi selanjutnya.

Sponsored Ad

Jika pernikahan yang sudah retak terus dipertahankan demi anak, hal ini sama saja sedang melakukan penipuan diri bagi anak-anak.

Lebih baik untuk memisahkan keduanya dan membiarkan satu sama lain berada dalam hubungan yang tenang. Biarkan anak merasakan kasih sayang dari seorang individu, baik itu ibu atau ayah saja, namun dirawat dalam cinta kasih yang benar.

Tapi bagaimanapun, di luar dari masalah setiap orangtua, anak akan selalu punya masalah yang akan ia hadapi sendiri.


Anak juga tidak bisa menyalahkan keadaan orangtua, karena setiap orang memiliki penyesalan dalam proses pertumbuhan mereka. Lagi pula, anak harus mengandalkan diri mereka sendiri untuk melawan kekurangan itu.

Jika hubungan suami istri benar-benar bermasalah namun tidak mau bercerai karena khawatir anak tidak memiliki keluarga yang utuh, lebih baik pikirikan apa yang terjadi jika selamanya anak tinggal dalam rumah yang bermasalah.


Biarkan diri Anda menjadi ibu yang stabil dan bahagia, sehingga Anda dapat memiliki kekuatan untuk merawat anak dengan baik.

Cinta yang stabil secara emosional dapat menjadi cinta yang tidak egois, dan bisa mengubah cinta menjadi rasa tanggung jawab dan mengharapkan yang terbaik bagi anak di masa depan.

Dengan cara ini, hubungan orangtua dengan anak bisa harmonis, dan anak dapat memiliki kemampuan untuk mencintai orang lain di masa depan, dan juga berani membuat langkah besar ke depannya.

Sumber: Twgreatdaily 

Kamu Mungkin Suka